”Saya menyambut buku ini karena bukan sekadar berkaitan dengan budaya Aceh tetapi di sana sarat terkandung makna dan nilai pendidikan islami, khususnya dalam setiap ritual dan tradisi Manoe Pucok. Manoe Pucok mengandung nilai pendidikan sex education yang disampaikan secara halus bagi pasangan mempelai yang akan melakukan akad pernikahan. Dalam ritual Manoe Pucok, para sesepuh akan bersenandung ketika mengguyurkan air ke tubuh mempelai. Dalam senandung yang dilantunkan oleh sesepuh tersebut terselip pesan-pesan bagaimana cara bersuci dan kapan hubungan dengan lawan jenis boleh dan sah dilakukan”. — Drs. Anas M. Adam, M.Pd. Kepala Dinas Pendidikan Pemerintah Aceh ”Meskipun masalah peusijuk telah banyak ditulis, dibahas bahkan dilakukan oleh banyak orang dalam berbagai versi, karena multy-cultural di lingkungan masyarakah Aceh, namun yang dihadirkan penulis Cut Trisnawaty, dalam buku “Sejuta Makna dalam Peusijuk” jauh lebih energik dan inspiratif untuk merasakan nilai-nilai etis, estetis, filosofis dan kebanggaan, bahwa “Peusijuk Aceh” merupakan bagian dari martabat peradaban manusia yang berorientasi dengan hablum minallah dan hablum minannas (human rights)”. — H. Badruzzaman Ismail, SH, M.Hum Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) “Hukom meunyo hana adat, tabeue; Adat meunyo hana hukom, bateue (Hukum tanpa adat, hambar; Adat tanpa hukum, batal). Menurut saya hidup yang paling indah adalah hidup yang manis dan indah secara adat dan benar secara syariat. Bukankah kehidupan semacam ini yang memperkaya hidup kita duniawi dan ukhrawi?” — Prof. Dr. Rusjdi Ali Muhammad, SH Ketua Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Ar Raniry, Aceh