"Ada wanita yang memang sudah cantik dari sananya, Na", kata ibunya sabar. "Tapi ada juga wanita yang tahu bagaimana caranya menjadi cantik". Kata-kata ibunya membesarkan hati Wina. Dan membangkitkan kepercayaan dirinya. Karena selama ini, dia selalu merasa kalah cantik dari Ira, sahabatnya. Ira yang cantik dan ramping, selalu dengan mudah memperoleh pacar. Dan menukarnya kembali dengan yang baru kalau sudah bosan dengan yang lama. Sebaliknya Wina yang kurang cantik, berkacamata minus dua dan bertubuh agak gemuk, selalu merasa minder. "Kalau lahir kembali", keluhnya kepada sahabatnya, "aku ingin minta sama Tuhan supaya diciptakan cantik". Tetapi ternyata, kecantikan bukan segala-galanya untuk menemukan titian ke pintu hati pemuda yang disukainya... Kisah suka duka remaja di balik dinding SMP. Kisah manis tak terlupakan yang pernah dialami oleh semua yang pernah mengalami masa remaja...
Mira W lahir dan dibesarkan di Jakarta, menempuh dan menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakt, Jakarta. Sekarang bertugas di Universitas Prof.Dr.Moestopo sebagai staf pengajar merangkap dokter di Klinik Karyawan dan Mahasiswa. Mulai menulis cerpen di majalah-majalah ibukota seperti Femina, Kartini, Dewi, dan lain-lain sejak tahun 1975, dengan nama M.Wijaya. Cerpennya yang pertama berjudul Benteng Kasih, dimuat dalam majalah Femina tahun 1975. Menulis novel sejak tahun 1977, mula-mula dimuat sebagai cerber di majalah Dewi dengan judul Dokter Nona Friska, kemudian dibukukan dengan judul Kemilau Kemuning Senja dan pernah difilmkan dengan judul yang sama. Novelnya yang kedua berjudul Sepolos Cinta Dini, pernah dimuat sebagai cerber di harian Kompas tahun 1978, kemudian dibukukan oleh Gramedia. Istimewanya, hampir semua novelnya sudah difilmkan dan disinetronkan.