Bencana, bencana, dan bencana, itulah warna kehidupan yang dominan belakangan. Boleh saja ada yang berpendapat ini hukuman Tuhan, atau hukuman terhadap keserakahan, serta hukuman-hukuman lainnya. Namun buku kecil sederhana ini melihat peluang pertumbuhan di balik bencana. Kesedihan memang menakutkan bagi banyak orang. Namun buku ini membukakan, kesedihan berwajah lebih dari sekadar ketakutan. Kesedihan bisa menjadi vitamin pertumbuhan jiwa, kesempatan membayar hutang-hutang karma, bahan-bahan kaya meditasi, serta kekuatan yang membimbing menuju kebijaksanaan.
Lebih dari itu, kesedihan juga memberi akar kokoh bagi kebahagiaan kemudian. Dan di puncak semua ini, ketika kesedihan dan kebahagiaan terlampaui, ada sebuah pintu kehidupan yang terbuka: keheningan!
Sejak awal berkarya, Gede Prama mengagumi alam, bercakap-cakap dengan alam, kemudian membawanya ke dalam sebagai guru kehidupan. Kendati lahir dan bertumbuh di dunia korporasi, dididik di Barat, telah menerbitkan 23 buku, mengisi beragam acara di berbagai media cetak, radio, dan TV, namun kehidupan seorang Gede Prama harus kembali ke awal: bercakap-cakap dengan alam di desa tepat lahirnya, Tajun, Bali Utara. Ia kini tinggal di sana bersama istri dan putra bungsunya.
Sebagai `musafir` kehidupan yang tinggi kesadarannya, Gede Prama memulai kariernya di lahan pengetahuan dan profesi yang sarat sains dan praktik manajemen. Namun dalam kiprah selanjutnya, ia lebih menerapkan pendekatan spiritual dalam pengembangan organisasi maupun bisnis. Alumni Universitas Leicester dan INSEAD ini kini memimpin sebuah perusahaan swasta nasional terkemuka, dan Dynamics Consulting yang bergerak di bidang pengembangan SDM. Gede Prama juga menjadi salah seorang pembicara publik yang paling diminati.