"Lelaki yang tidak didampingi oleh perempuan - demikian juga sebaliknya - bagaikan perahu tanpa sungai, malam tanpa bulan atau biola tanpa senar. Tanpa perempuan, bayi tak akan lahir, dan yang lahir pun tidak merasakan kasih sayang. Tanpa perempuan masa muda lelaki menjadi gersang, masa matangnya menjadi hampa dan masa tuanya menjadi penyesalan. Memang Allah menciptakan perempuan - baik sebagai istri, ibu atau anak - untuk dicintai lelaki, demikian pula sebaliknya. Bagi lelaki, tanpa perempuan hidup adalah neraka, siksa dan dengan perempuan hidup bisa menjadi surga di dunia ini."
Kutipan pengantar M. Quraish Shihab, sang penulis di atas adalah gambaran penghormatan dan penghargaan beliau yang tinggi terhadap kaum perempuan, dan menjadi pembuka pembahasan atas berbagai persoalan ke-perempuan-an yang sering mengemuka di dalam masyarakat. Kecaman terhadap bias lama, yang justru melahirkan bias-bias baru yang tidak kurang buruknya dari bias lama; perempuan dan kecantikan, cinta, seks serta politik; nikah mut'ah, siri, dan poligami; aborsi dan penggunaan alat kontrasepsi; dan sebagainya.
Dalam buku ini, sebagai seorang pakar tafsir di Indonesia, M. Quraish Shihab berusaha memberikan kupasan dan tuntunan dari sudut pandang agama (Al-Quran) atas berbagai tuntunan dan keinginan berbagai kalangan (yang mengaku) pembela hak-hak perempuan yang (secara tidak sadar) terkadang justru melecehkan kaum perempuan itu sendiri. Wajarkah kita melangkah untuk mengarahkan mereka bertentangan dengan tuntunan Sang Pencipta perempuan, yang juga Pencipta alam raya? Jika itu yang kita tempuh, maka kita telah memasuki wilayah yang bukan wilayah kita. Kita telah melangkah berbeda dengan petunjuk yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta itu. Demikian tulis beliau dalam buku ini.
Tentunya buku ini akan memberikan kita pemahaman lebih tentang perempuan dalam ajaran Islam, sebuah pengakuan atas hak-hak perempuan tanpa pelanggaran atas kodrat dari Tuhan-nya.
Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab. Ia lahir tanggal 16 Februari 1944 di Rapang, Sulawesi Selatan.[1] Ia berasal dari keluarga keturunan Arab yang terpelajar. Ayahnya, Prof. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Ia juga tercatat sebagai rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959 - 1965 dan IAIN 1972 - 1977.