Demi ambisi Nanang Syam mengorbankan rencana perkawinannya dengan Ida, tunangannya, untuk menjalankan kontrak penebangan Hutan Bumban selama dua tahun. Tanpa disangka, ia mendapatkan kecelakaan sehingga harus kehilangan pergelangan tangan kanannya.
Ida akhirnya membatalkan pertunangan mereka.
Dalam kesedihan dan patah semangat, Nanang Syam jusru bertemu Bua, seorang gadis Dayak Ngaju, dari dusun di pedalaman Gunung Purei. Dengan ketelatenan Bua, Nanang Syam perlahan-lahan menemukan harapan dan jati dirinya kembali.
Namun Ida mengalami kecelakaan dan ayah Nanang meminta putranya untuk menjalin hubungan kembali dengan Ida. Di satu sisi, Nanang masih menyimpan rasa terhadap Ida. Tetapi di sisi lain, ia juga amat mengasihi Bua, yang saat itu telah mengandung anaknya. Cinta masa lalu dan masa depan membuat Nanang Syam terombang-ambing dalam pilihannya.
Dilahirkan di Banjarmasin pada tanggal 5 Maret 1970 dari pasangan Johnny Gautama dan (Alm.) Yang Mei Ing, sebagai anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya bernama Janet Gautama. Pada tahun 1988, ia menyelesaikan SMA-nya di Banjarmasin lalu meneruskan dan menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Surabaya (UBAYA).Walaupun terlahir dalam keluarga keturunan Cina yang cukup konservatif dan lebih berkonsentrasi kepada dunia bisnis, Lang Fang sudah suka menulis dan membaca sejak usia sekolah dasar.Sebetulnya keinginan Lan Fang untuk menulis cerpen sudah mulai ada sejak SMP ketika bacaannya mulai beralih kepada majalah-majalah remaja seperti Anita Cemerlang dan Gadis. Tetapi karena dianggap "ganjil" dan "tidak tertangkap mata" oleh keluarga, tidak ada motivasi kuat untuk mempertajam talentanya. Keinginan menulis pun terlupakan begitu saja.