Saya pasti nekat. Apa yang saya pikirkan? Mau menulis buku tentang Wimar Witoelar? Wow! Ibu tercinta saja kaget. Yang kebanyakan orang tahu, Wimar Witoelar itu tokoh yang menonjol, terkenal di televisi, dan kiprahnya jadi pengomentar segala macam urusan sehingga kemudian jadi juru bicara Gus Dur. Beda dengan saya.
Tentu saja beda dengan saya, apa yang saya bicarakan? Saya perempuan. Saya berusia nyaris separuh dari usianya. Dan saya bisa dibilang clueless, tidak tahu menahu soal politik. Kok ya nekat-nekatnya berinisiatif bikin buku Wimar Witoelar?
Ibu dari seorang putri yang bernama Syaza Calibria Galang ini pernah bekerja di majalah Dewi dan menjadi kontributor di beberapa media asing, seperti Sunflower, Collegio, dan Morning Sun. Selain itu, alumnus dari Communication Public Relation di Pittsburg State University dan Wichita State University ini juga pernah menjadi pembawa acara pada CAP-3 TV, Pittsburg, Kansas, dan produser paruh waktu di Radio Singapore International. Pada saat ini Fira Basuki menjadi executive contributor di Harper's Bazaar Indonesia (MRA Media).
Peran sertanya dalam dunia sastra sudah terasah pada saat ia menempuh pendidikan di bangku sekolah. Pada saat di sekolah menengah umum ia sudah menjuarai lomba menulis yang diselenggarakan oleh majalah-majalah, seperti Tempo dan Gadis. Sejak tahun 2001 Fira Basuki mulai aktif menulis novel. Novel pertamanya berjudul Jendela-jendela mengisahkan kehidupan pasangan suami istri dan permasalahan-permasalahan yang muncul didalam rumah-tangganya. Dengan suksesnya novel pertama tersebut, Fira kemudian menulis lanjutan kisah novel Jendela-Jendela dengan meluncurkan novel Pintu yang diterbitkan pada tahun 2002 dan Novel Atap yang diterbitkan pada tahun 2003. Selain itu, novel Biru dan rojak muncul dan menambah koleksi karya sastra yang dihasilkannya. Hampir semua novel-novel yang dihasilkannya mengambil latar tempat di Amerika, Singapura, dan Indonesia karena ia sudah pernah menetap di Negara-negara tersebut sehingga ia ...