Jurnalisme Pejalan Kaki, demikian judul buku ini, menjadi autentik karena di dalamnya mengupas pengertian-pengertian bahwa seorang wartawan, apalagi wartawan foto harus sigap menggunakan kakinya menjelajah setiap sudut untuk mendapatkan foto berita yang autentik dan baik. Sekalipun otaknya cemerlang, tapi bila seorang wartawan foto enggan untuk melangkahkan kaki maka ia tidak akan mendapatkan foto berita sesuai harapan.
Dan foto-foto jurnalistik di dalam buku ini khususnya subjek-subjek human interest, pembuatannya juga selalu diawali dan dilakukan dengan berjalan kaki. Berjalan kaki dalam arti yang sebenarnya. Karena selain tidak menggunakan kendaraan, subjek liputan menyangkut kehidupan orang-orang terpinggirkan nota bene, hidupnya ada di pelosok mungkin juga pelosok kampung yang becek dan kumuh.
Bacalah buku ini bila ingin membuat foto sebagai laporan jurnalistik yang baik karena buku ini dikemas khusus bagi yang ingin menjadi photo journalist atau wartawan foto sejati. Selain itu, juga memberikan tuntunan yang mudah bagi awam yang ingin berpartisipasi dalam foto jurnalistik, layaknya seorang citizen journalist. Semoga!
Lahir 18 Juni 1962 di Magelang, Jawa Tengah. Sebelum menjadi wartawan foto, dia pernah bercita-cita menjadi atlet bul tangkis, seperti Rudi Hartono. Keleluasaan menekuni fotografi terbuka lebar setelah Zaenal Effendy (kakak iparnya) mengajaknya bekerja di Gramedia Film sebagai tenaga lepas. Setelah belajar fotografi secara serius di Lembaga Fotografi Candranaya, Jakarta.