Kita datang ke dunia ini sebagai saudara dan saudari, tetapi mengapa kita harus terikat oleh darah dan daging? Putri Cina mengeksplorasi tragedi kemanusiaan semacam itu. Novel tersebut menggambarkan keinginan seseorang untuk mencintai bumi tempat dia tinggal, namun bumi menolak untuk menyambutnya dan menawarkan kedamaian, keamanan, dan ketenangannya. Dia benar-benar percaya bahwa setiap manusia dilahirkan sebagai saudara kandung. Tapi kenapa penghuni bumi lainnya menolak untuk menerimanya sepenuhnya? Sindhunata berhasil memberikan gambaran rinci tentang kenyataan tragis itu. Novel ini kaya dengan pengetahuannya yang luas tentang filsafat dan mitologi Jawa dan Cina. Dia telah menelusuri kembali banyak teks sejarah dan menenun setiap detail yang rumit menjadi sebuah karya sastra yang luar biasa tentang tragedi Putri Cina. Karya sastra tragis ini dipenuhi dengan banyak perenungan tentang kehidupan. Cara cerdas Sindhunata dalam menyajikan cerita akan membawa pembaca ke ranah khusus di mana mitos dan fakta sejarah berpadu menjadi satu. Sejarah hanyalah sebuah panggung di mana mitos tragis tampil dengan sendirinya. Novel yang sangat menyentuh ini menggambarkan pengalaman tragis dua kekasih yang tidak pernah ingin dipisahkan oleh perbedaan yang dangkal. Tragedi dahsyat di pentas sejarah yang digali dalam novel ini pasti akan menyentuh hati setiap pembaca. Gabriel Possenti Sindhunata, SJ atau disingkat Romo (Bapak) Sindu adalah seorang imam Katolik Indonesia yang juga bekerja sebagai pemimpin redaksi Basis, sebuah majalah sosial budaya. Di masa lalu ia bekerja sebagai jurnalis surat kabar nasional, terutama berfokus pada isu-isu budaya dan ulasan sepak bola. Karyanya yang paling terkenal adalah Anak Bajang Menggiring Angin---Seorang Cebol Memimpin Angin. Ia lahir pada 12 Mei 1952.