Kemarau panjang melanda sebuah kampung. Tanah jadi retak dan sawah pun jadi kering kerontang. Orang kampung pun merasa gelisah.
Sebetulnya, ada sebuah danau dekat kampung itu. Namun, orang kampung ternyata lebih suka pergi ke dukun. "Dan setelah tak juga keramat dukun itu memberi hasil, barulah mereka ingat pada Tuhan. Mereka pergilah setiap malam ke masjid mengadakan ratib, mengadakan sembahyang kaul meminta hujan. Tapi hujan tak kunjung turun juga."
Hanya Sutan Duano yang berbuat lain. " Pada ketika bendar - bendar tak mengalirkan air lagi, sawah - sawah sudah mulai kering dan matahari masih terus bersinar dengan maraknya tanpa gangguan awan sebondong pun, diambilnya sekerat bambu. Lalu disandangnya di kedua ujung bambu itu. Diambilnya air danau dan ditumpahkannya ke sawahnya."
Benny Arnas lahir di Lubuklinggau, 8 Mei 1983. Buku-buku cerpennya adalah Bulan Celurit Api (2010) dan Jatuh dari Cinta (2011). Ia meraih sejumlah penghargaan sastra, di antaranya Anugerah Batanghari Sembilan (2009), Krakatau Award (2010), Fiksi Terbaik dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012), dan Anugerah Pena kategori Kumpulan Cerpen Terpuji untuk buku Bulan Celurit Api (2013).