Selama bekerja sebagai ahli bedah, saya memperhatikan kebanyakan pasien dan keluarganya menghadapi penyakit mereka dengan cara yang sangat mirip. Memang, masing-masing pasien bereaksi secara berbeda saat dijelaskan mengenai kondisi penyakitnya, apakah penyakitnya memerlukan tindakan operasi, atau risiko dan komplikasi yang dpat terjadi. Sebagian pasien menerima, sedangkan sebagian lainnya menunjukan penyangkalan (denial). Namun, saya melihat semua pasien tidak menggunakan hati mereka secara benar, entah saat mendengarkan, memahami, bertanya dan lainnya, terutama mengenai sikap hatinya masing-masing.