Kita pernah memiliki impian yang sama, kita pernah melewati hari-hari bersama, dan semua itu masih jelas terbayang di pikiranku. Setiap malam, setiap waktu, aku masih bisa merasakan betapa lembut sentuhan jemarimu, betapa teduh tatapan matamu.
Kita pernah berjanji di rumah pohon ini, kelak akan datang saatnya kita memiliki rumah sederhana yang akan menjadi akhir tujuan kita. Sejak saat itu, aku hanya tahu bahwa aku ditakdirkan untuk mencintaimu. Aku tak berdaya saat impian itu terhempas oleh ego kita yang terlalu keras. Aku tak tahu apa aku akan siap menghadapi hari-hariku tanpamu. Duniaku runtuh, seperti kaca yang remuk selepas kau pergi.
Salahkah jika aku ingin membuatmu mengerti bahwa kita masih memiliki hati? Dosakah bila aku ingin membawamu kembali ke hati ini? Mengisi ruang rindu yang hanya milik kita.