Radhar Panca Dahana menulis puisi itu biasa. Tapi, kalau politisi membaca puisi? Dalam buku kumpulan puisi Manusia Istana, Radhar memilih keputusan yang kurang populer, yakni meminta endorsement dari politisi, alih-alih sastrawan beken. Beberapa politisi kondang yang berkenan memberi endorsement di antaranya: Anas Urbaningrum, Rizal Ramli, Muhaimin Iskandar, Mahfud M.D., Wiranto, dan yang paling panjang (6 paragraf) dari Pramono Anung Wibowo.
Keputusan Radhar tersebut patut dicurigai, ia memaksa para politisi itu membaca puisi. Sebelum memberi endorsement, seyogyanya endorser (yang notabene politisi itu) membaca dulu naskah yang akan diberikannya apresiasi. Komentar paling polos hadir dari Pramono Anung Wibowo, “Terus terang, saya sempat ragu ketika diminta menulis komentar untuk buku ini. Dengan background yang jauh dari dunia sastra, saya merasa kurang pas untuk membuat komentar sebuah buku karya penulis hebat sekaliber Mas Radhar... Apalagi, saya tak memiliki pemahaman yang mumpuni tentang puisi.”
Komentar lain yang menarik datang dari Muhaimin Iskandar. Ia sadar betul bahwa puisi-puisi Radhar dalam Manusia Istana menyoroti politik. Muhaimin Iskandar, saking penasaran, sampai menuliskan, “membaca puisi-puisi sampean menggairahkan untuk semakin berbuat dan mencari di mana aku berada dalam semua episode itu... Sebagian lokasi, cerita dan episodenya seolah saya sudah pernah ada di dalamnya.” Pembaca bisa mencari-cari, sekiranya di puisi yang mana Radhar
... Baca Selengkapnya