“Kita tahu urusan ‘halal-haram’ dengan baik, tetapi mengapa yang ‘haram’ hanya mereka, sedangkan bagi kita segala kebejatan yang paling haram kita bungkus dengan jubah putih agar tampak seolah-olah halal? Adakah kau kira Tuhan terpesona melihat kelicikan seperti itu? Politik memang bisa dan selalu menipu. Orang banyak, yang lemah status sosial-politiknya, mudah pula ditipu. Kita puas melakukan penipuan demi penipuan selama Indonesiaku berdiri. Namun, mengapa Tuhan pun kita tipu?”
Mohamad Sobary
Melalui Tikuse Pada Ngidung, Kang Sobary- demikian dia biasa disapa-berusaha menjaga akal sehat kita. Tulisan-tulisannya pada plastis dan renyah menguak persoalan demi persoalan yang berlangsung di Tanah Air. Realitas politik hingga perilaku agama disoroti dengan jernih lewat perspektif seorang sosiologi sekaligus sastrawan dan budayawan. Di dalam buku yang terdiri dari empat bagian dan berisi kumpulan esai ini, penulis membeberkannya dengan bahasa yang puitis dan percakapan mirip dengan cerpen. Meskipun begitu pembaca sesekali tertawa mendapatkan gaya tulisan yang jenaka, walaupun materi esai yang dibahas termasuk berat dan berakhir dengan perenungan. Buku ini memiliki keunikan tersendiri, yakni tidak dilengkapi dengan kata pengantar. Sehingga pembaca tidak diberikan pemahaman umum maksud dari penulisan buku, mungkin juga hal ini sengaja dipilih supaya pembaca bebas untuk mengartikan tujuan dari buku ini. Selamat membaca dan petualangan memaknai kebudayaan di Tanah Air.
Lahir di Bantul, Yogyakarta 7 Agustus 1952. Mimpinya dulu adalah menjadi ahli agama; untuk itu ia ingin sekolah di PGA dan IAIN. Tapi nasib melemparkannya ke Sekolah Pekerjaan Sosial Atas, kemudian ke UI di Dep. Sosiologi. Sekarang ingin sekali masuk dunia pesantren.Intelektual muda keluaran Monash, Australia, ini amat tertarik pada kehidupan orang kevil. Itulah yang membuat dia pernah bekerja di Christian Children`s Fund tahun 1978-1979; dan sampai tahun 1993 bekerja pada Divisi Komunikasi Yayasan Indonesia Sejahtera, sebuah LSM di Jakarta.