Kesultanan Cirebon pada masa pemerintahan Kanjeng Sunan Jati Purba atau Sunan Gunung Jati merupakan penyebaran agama tauhid yang sangat diperhitungkan. Namun, tidaklah mudah menjadikan Kesultanan Cirebon seperti itu. Ada banyak rintangan dan cobaan yang tidak main-main; sebuah ancaman yang tentu saja terus mengintai!

Beberapa pejabat kesultanan yang kurang puas atas kebijakan pemerintah Kesultanan Cirebon memilih balela, menyingkir ke Hutan Sinang Perbukitan Loyang, lalu membentuk Komunitas Kesanghyangan. Sambil merencanakan makar dan pemberontakan, mereka menculik beberapa pemuda, mencuci otak mereka, serta menjadikan para pemuda itu senjata biologis yang dikenal dengan Laskar Kesanghyangan. Para pemuda itu dipersiapkan untuk membuat onar di Kesultanan Cirebon. Sang Sultan, Kanjeng Sunan Jati Purba, memerintahkan pemimpin Lembah Cimanuk, Raden Wiralodra, untuk menumpas laskar yang meneror para kawula Cirebon.

Di lain pihak, Pangeran Puronegoro, murid Kanjeng Sunan Jati Purba yang ditugaskan Kanjeng Sunan Kalijaga untuk mencari sebuah pohon jati tunggal di sebelah selatan Pedukuhan Lembah Cimanuk sebagai sarana saka tatal dari Masjid Sang Cipta Rasa, tersesat jauh dari tujuan semula hingga meninggalkan jejak yang melegenda di kawasan Pedukuhan Lembah Cimanuk bagian barat.

Lantas, bagaimanakah nasib Pangeran Puronegoro kemudian? Semakin tersesatkah ia dari titah mulia Sunan Kalijaga? Serta, bagaimana pula nasib Raden Wiralodra dalam menumpas Laskar Kesanghyangan? Benarkah penumpasan tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan?

Simaklah kisah menarik yang penuh suguhan menegangkan ini. Sebuah kisah yang kaya akan intrik dan persekongkolan orang-orang yang dendam dan haus akan kekuasaan, plus kisah asmara yang menggetarkan dari beberapa tokoh utamanya.

Selamat membaca!