Interaksi antarkomunitas yang berbeda etnis dan agama di Indonesia berlangsung secara dinamis. Interaksi sosial terkadang berjalan penuh harmoni yang mempercepat proses integrasi, namun tak jarang berlangsung penuh ketegangan dan konflik. Konflik yang tidak dikelola secara proporsional kerap berubah menjadi kerusuhan komunal.

Konflik komunal yang terjadi disebabkan mulai pudarnya kearifan lokal (local wisdom) dan minimnya ruang publik (public sphere), dua hal yang memperlemah ikatan antarwarga. Melemahnya ikatan antarwarga yang berkelindan dengan faktor lain seperti sejarah, politik, ekonomi, dan budaya, menyebabkan berbagai pertentangan antarwarga gampang bergeser dari ketegangan personal menjadi konflik komunal, dan menjurus konflik etnis dan agama.

Integrasi sasial akan terawat dengan baik apabila semua kelompok memiliki sikap keberagamaan yang inklusif. Sikap inklusif dalam beragama (religious literacy) menunjang harmoni sosial antar-umat beragama, karena faktor agama berperan penting untuk resolusi konflik terutama pada tahap de-eskalasi konflik. Teologi kerukunan dan nilai-nilai adat merupakan modal sosial terpenting dalam merawat harmoni sosial, sekaligus unsur potensial bagi upaya bina damai.

Selain menganalisis konflik dan integrasi antar-umat beragama, buku ini juga menelaah secara kritis pola manajemen konflik yang dikembangkan oteh pemerintah belum berjalan secara sistematis dan komprehensif. Dialog antar-umat beragama juga masih belum beranjak dari kesan elitis dan hanya berkutat pada memakai istilah Dr. Suprapto persoalan yang baik-baiksaja. Dialog masih berlangsung secara artifisial dan formalistis. Karya Dr. Suprapto ini merupalan kontribusi penting bagi pemahaman lebih baik tentang relasi sosial, demokrasi, dan konflik ethno-religious. Buku ini sangat saya rekomendasikan, sebagai salah satu literatur pokok dalam subjekini. - Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. (Guru Besar dan Direktur SekoIah Pascasarjana UIN Syarif HidayatuIlah, Jakarta).

Persoalan hubungan intra dan antar-agama bukan semata-mata persoalan teologis. Kurangnya ruang pubLik dan erosi kearifan lokal memberi kontribusi bagi terbentuknya jarak sosial, yang mengancam integrasi sosial dan menyebabkan konflik sosialtak dapat dikelola secara memadai. Inilah temuan menarik buku ini, sehingga layak dibaca dan perlu. - Prof. Dr. H.M. Bambang Pranowo, (Guru Besar Sosiologi Agama dan Rektor UMA, Banten).