Problem terbesar yang terjadi pada umat Islam saat ini adalah ketika “demam kehidupan” begitu menggumpal sehingga tidak dapat mengalirkan panasnya untuk dapat menstimulasi jati diri mereka yang memiliki begitu banyak khazanah berharga dari keberadaan mereka, baik sebagai manusia maupun sebagai sebuah peradaban.

Lewat buku Membangun Peradaban Kita , Muhammad Fathullah Gulen berupaya untuk mengingatkan setiap muslim akan keberadaan khazanah yang sangat berharga itu, serta memotivasi mereka untuk mencari, menggali dan membangkitkan lagi khazanah tersebut sehingga Peradaban Islam kembali menghiasi dan menjadi spirit bagi kehidupan umat manusia.

Buku ini merupakan buku ketujuh karya Muhammad Fethullah Gulen, Hojaefendi, yang diterbitkan Republika Penerbit selama kurun waktu tahun 2011 sampai pertengahan tahun 2013 ini. Sebelumnya telah ada buku berjudul Qadar, Dakwah, Islam Rahmatan lil ‘Alamin, Cahaya Al-Qur’an, Cahaya Abadi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam Kebanggaan Umat Manusia dan yang terakhir Bangkitnya Spiritualitas Islam. Sederetan buku yang bernas isi, cerdas penyajiannya dan menginspirasi jutaan umat Islam di berbagai belahan negara, baik yang mayoritas muslim atau non muslim.

Dengan keluasan ilmu yang dimiliki, ketajaman dan kedalamannya dalam menganalisa, ditambah kejernihannya dalam berpikir, refleksi-refleksi yang dihadirkannya semakin menggugah setiap nurani muslim;
1.    Di mana tercampak Peradaban Islam yang mulia, saat ini? Siapa yang mencampakkannya?
2.    Dimana tanggung jawab muslim dalam menjalankan amanah Allah, menjadikan dunia yang beradab dan bermartabat yang berlandaskan pada peradaban Islam yang mulia?
3.    Apa yang dipedomani oleh setiap muslim saat ini dalam memberikan solusi terhadap semua persoalan yang sedang melanda berbagai kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat?

Di dalam buku ini Anda akan menemukan banyak inspirasi, motivasi sekaligus alternatif solusi dalam membangkitkan ruh peradaban kita. Pemikiran yang ditawarkan di dalam buku ini, sekali lagi oleh penulisnya ---sebagaimana di buku-buku sebelumnya---menggunakan  perpaduan antara dimensi pemikiran spiritual dan pemikiran ilmiah. Sehingga solusi yang ditawarkan sama sekali tidak berasal dari pemikiran kosong-imajinatif, melainkan dari pemikiran empiris-faktual. Semua sektor yang menjadi penunjang peradaban Islam yang mulia, termasuk sekolah-sekolah dan pusat-pusat pendidikan sebagai ujung tombak peradaban, diharapkan dapat menggunakan dan mengandalkan metode ini dalam falsalah pendidikan dan pengajarannya. Semua itu dapat terjadi karena manusia memiliki sebuah jembatan yang menghubungkan antara tabiat yang menjadi mata air bagi semua ilmu, dengan ruh yang menjadi mata air bagi semua agama. Di atas dua titik itulah peradaban umat manusia dibangun.