Buku ini secara substantif mengandung sisi-sisi pemahaman religiusitas yang kuat, meskipun tak tampil secara formal sebagai sastra islami. Adik-adik kita, yang karyanya termuat dalam buku kecil ini lebih memilih masuk dalam ranah substantif, yang ditandai dengan heterogenitas setting dan background cerita, pemilihan tokoh, kompleksitas masalah, serta esolusi konfliknya. Mereka tak terikat pada setting formal keagamaan sebagaimana biasa terjadi dalam cerpen islam. Mereka beani memilih melejitkan imajinasinya melampaui batasan-batasan konvensional ala cerpenis pemula.

Inilah karya sastra pesantren yang akan menjadi bukti bahwa santri memiliki spirit yang dapat membangun kata-kata, kalimat-kalimat menjadi bernyawa, melampau waktu dan zamannya. Sebagaimana khasanah keilmuan islam klasik yang mereka kaji terus menerus; memberi sumber inspirasi bagi umat manusia di seluruh zaman. (Ahmad Muchlish Amrin, Penyair dan cerpenis).