Kamu merasa takut akan sesuatu, tapi pada saat bersamaan, semesta ternyata memberikan jawaban atas ketakutanmu itu dengan hadirnya seorang teman. Yang tanpa diminta, tanpa disuruh, melakukan “tugasnya” dengan sangat baik. Hingga dirasa, semuanya lebih dari sekadar teman. Hingga lambat laun percaya bahwa dia adalah sosok yang tepat. Tapi, bukankah semua sudah ada waktunya? Kehadirannya, termasuk kepergiannya? Di situlah waktu terus berjalan, dan kita tetap membuat cerita yang tak tahu kapan berakhirnya. Kita dan waktu. Tentang indahnya “rasa”. Tentang menyayangi yang masih ada. Tentang mengikhlaskan yang sudah pergi. Juga tentang merawat ingatan itu sendiri.