Puisi-puisi dalam buku ini menjadi semacam percakapan puitik Rieke Diah Pitaloka dan Agus Noor. Dari satu puisi ke puisi lainnya, ada semacam tema yang membuat puisi-puisi itu saling terkait dan terikat. Puisi menjadi ruang untuk saling berbagi, juga menjadi semacam jeda, untuk menikmati kenangan dan hal-hal lainnya.
Maka, puisi-puisi dalam buku ini, seakan berada dalam ketegangan yang mengasyikkan antara mengingat dan membebaskan bermacam pengalaman hidup. Puisi menjadi ambang ketegangan antara menikmati, sekaligus juga berupaya melepas kenangan. Antara mengingat dan melupakan. Antara melupakan dan mengabadikan.
Itulah sebabnya puisi bisa menjadi cara untuk menikmati kenangan dengan baik. Seperti puisi-puisi dalam buku ini.
Rieke Diah Pitaloka atau Keke, lahir di Garut, Jawa Barat, 9 Januari 1974. Setelah lulus dari Fakultas Sastra Belanda Universitas Indonesia ia mengikuti Program Pasca Sarjana Ilmu Filsafat di Universitas yang sama. Menulis puisi dilakukannya di tengah-tengah aktivitasnya sebagai sinetron dan model iklan. Renungan Kloset, dari Cengkeh sampai Utrech merupakan buku kumpulan puisi pertamanya. Sebelum itu ia juga terlibat dalam gerakan prodemokrasi di Indonesia, karena beberapa puisinya merupakan "laporan langsung" dari demonstrasi yang tengah diikutinya. Sementara puisi yang lain merupakan pencerminan dari pandangannya terhadap masalah sosial, politik, dan gender. Namun demikian, ia tetaplah seorang perempuan yang romantis, sehingga tema cinta tetap menjadi bagian dari kumpulan puisi ini.
oleh Dyah Merta, Happy Salma, Harsutejo, Linda Christanty, Martin Aleida, Oka Rusmini, Pranita Dewi, Putu Oka Sukanta, Rieke Diah Pitaloka, Sihar Ramses Simatupang, Soeprijadi Tomodihardjo, T Iskandar AS, Yonathan Rahardjo