Pernahkah Anda menikmati semangkuk es campur lembut ditemani "Rolling Stone", menyantap variasi menu dengan nama yang ekstrem, melahap gudeg ceker di warung yang baru buka dini hari, atau mencicipi iga kambing yang rumah makannya hanya buka dua kali dalam sebulan, tepatnya saat penanggalan Jawa, Wage dan Legi? "Selama hayat di kandung badan, selama itu juga makanan menjadi kebutuhan manusia." Ungkapan di atas cukup masuk akal mengingat makanan adalah kebutuhan dasar manusia. Namun, makanan kini bukan sekadar hidangan untuk disantap. Lebih dari itu, makan bisa menjadi sebuah bentuk petualangan baru. Ketika Anda berkunjung ke suatu tempat, tak lengkap rasanya bila tak mencicipi makanan khas daerah tersebut. Bahkan, Anda mungkin meluangkan waktu khusus untuk "bertualang rasa" dari tempat makan satu ke tempat makan lainnya. Hmm... yummy! Buku yang sedang Anda baca ini bisa menjadi sahabat yang tepat untuk menemani Anda berwisata kuliner di enam kota besar yang oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai "kiblat" kuliner di Pulau Jawa. Lewat buku ini, Anda juga bisa memperoleh informasi dan referensi tempat makan favorit yang layak Anda cob