1955. Amal terlahir di kamp pengungsi Jenin sebagai anak terakhir Dalia. Laksana kuncup bunga yang mekar, dia tumbuh dengan keceriaan lugu seorang anak. Tetapi segalanya berubah ketika perang membuat Amal menyaksikan kematian, darah, dan kehancuran.
Kisah David dan Amal menjalin indah saga yang mengharukan ini. Empat generasi telah mencicipi getir dan gelapnya dunia saat kehilangan orang tersayang, dan mengalami hampanya hidup sebagai pengungsi.
Duka-derita-siksa-dendam, semua teraduk dalam lingkaran perang. Inilah cerita tentang keluarga, harapan, dan terutama, tentang cinta tak berbatas di dalam hati setiap manusia.
"... novel ini sungguh merupakan pesan kemanusiaan dan cinta yang sedalam samudra."