Judul Buku: Kembang Jepun
Penulis: Remy Sylado
Tahun: 2004 (cetakan ketiga)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku: 319 halaman
Tjak Broto selalu memegang tali sais, mengendalikan sapi yang menarik pedati. Di belakangnya, berjongkok dekat pantatnya, adalah Keke, istrinya. Mereka berdua hendak ke pasar, membawa hasil bumi kepada Gan Kiem Seng. Di bulan-bulan musim penghujan, kadang-kadang roda pedati itu terperosok. Tjak Broto kadang harus turun, membetulkan roda pedati, sehinggaa Keke ganti mengendalikan sapi dan memegangi sais sementara.
Suatu ketika, Tjak Broto terbenam di kubangan lumpur setelah berhasil menyelamatkan roda pedatinya. Ia misuh akibat kejadian itu. Menyaksikan suaminya misuh dan belepotan lumpur sekujur badan, Keke mengejeknya dengan mesra. Tjak Broto yang diejek balas menyerang -- dengan mesra pula. Ia melompat naik ke pedati, melapkan tangan dan badannya ke wajah Keke.
Keke lalu memukul-mukul Tjak Broto. Tjak Broto menguyek-uyek rambut Keke. Di dalam sebuah pedati, ketika musim hujan mengguyuri bumi, dan dalam kondisi segenap badan keduanya jelas-jelas tak berbau minyak wangi, cinta bersemi. Keduanya terpingkal-pingkal, dengan bahasa cinta yang nakal, mesra sekali! Dua-duanya merasakan anugerah yang indah, yang diberikan Pencipta dalam dua hati manusia.
Nah, Keke berjongkok di bokong suaminya karena bersembunyi. Ia bersembunyi sebab ia wanita. Dan ini adalah zaman ketika Jepang berkuasa di tanahair. Wanita, siapa pun juga, kalau
... Baca Selengkapnya