Samantha Madison merasa dirinya biasa banget. Coba saja bandingkan dirinya dengan kakaknya, Lucy, yang pemandu sorak; atau dengan adiknya yang belajar di sekolah khusus anak cerdas. Samantha cuma pintar menggambar, dan kalau itu memang satu-satunya kebisaannya, kenapa tidak digunakan sekalian?
Sayangnya, Samantha menggunakan waktunya belajar untuk menerima order lukisan teman-temannya bersanding dengan selebritis. Akibat pertama, nilai bahasa Jerman-nya jeblok. Akibat kedua, Mrs. Madison yang merasa putrinya kurang pelampiasan hobi, malah mendaftarkan Samantha pada les menggambar. Akibat ketiga, gara-gara membolos les, Samantha malah jadi menyelamatkan hidup Presiden Amerika Serikat!
Akibat-akibat selanjutnya begitu beruntun, Samantha nyaris tak bisa menarik napas: patah tangan dan dianggap pahlawan oleh seluruh dunia, diundang ke Gedung Putih dan diangkat jadi duta remaja untuk PBB, dan... ditaksir putra presiden! Hmm... bayangkan betapa sibuk hidup Samantha!
Meggin Patricia Cabot lahir di Bloomington, Indiana. Ketika masih kecil ia suka menghabiskan waktu di tempat ber-AC, yang waktu itu masih sedikit di Indiana bagian Selatan. Karena itulah ia betah berada di Monroe Country Public Library selama berjam-jam, membaca semua karya Jane Auste, Judy Blume, dan Barbara Cartland.
Setelah lulus dari Falkultas Kesenian Indiana University, ia pindah ke New York City, berniat merintis karier sebagai ilustrator freelance. Namun begitu sadar ia sangat suka menulis, ia segera meninggalkan kariernya itu dan mendapat pekerjaan sebagai asisten manajer asrama mahasiswa New York University. Ia menulis di akhir pekan dan di setiap saat atasannya tidak sedang mengawasinya. Sekarang ia menjadi penulis sepenuhnya.
Berbagai karya fiksi remaja dan dewasa telah dihasilkannya dengan memakai nama Meg Cabot, Patricia Cabot, dan Jenny Carroll. Ia tinggal di New York bersama suaminya Benjamin, seorang penyair dan penulis pasar uang, dan seekor kucing bermata satu, Henrietta.
Keranjang
