Mengapa sekarang ini banyak sekali perkawinan yang gagal? Bukankah janji perkawinan yang diucapkan itu dimaksudkan untuk hidup berdua selama-lamanya dengan bahagia? Ke mana perginya dongeng-dongeng bahagia dan kisah-kisah romantis perkawinan orangtua kita?Sebagian masalahnya adalah kita menolak melihat bagaimana kekuatan-kekuatan sosial dan historis telah mengubah arti perkawinan, sehingga menimbulkan ketidakbahagiaan yang serius. Sekarang ini muncul nilai-nilai baru yang menggeser gaya perkawinan tradisional.
Perubahan peran gender dalam perkawinan, harapan akan keputusan seksual yang meningkat, dan jam-jam kerja melelahkan bagi para pasangan yang sukses dalam karier ini akan semakin menciptakan situasi perkawinan yang kian menekan.
Buku ini membeberkan mitos-mitos atau kebohongan-kebohongan dalam perkawinan yang seringkali membius dan meracuni pasangan suami istri, misalnya:
Bohong: Yang kita butuhkan hanya cinta dalam perkawinan.
Benar: Cinta dalam perkawinan adalah kondisional, cinta saja tidak cukup untuk menghasilkan perkawinan yang sukses.
Bohong: Ketika menikah, kita menciptakan tradisi kita sendiri.
Benar: Kita membawa kebiasaan dalam keluarga asal kita, tidak peduli betapa kerasnya kita berusaha menjauhnya.
Bohong: Anak-anak memperkuat perkawinan.
Benar: Kehadiran anak bisa mengancam perkawinan.
Seorang psikiater yang memiliki praktek pribadi di Manhattan. Dia juga menjadi penyelia para psikiater di North Shore University Hospital dan seorang profesor yang mendalami bidang psikiatri di New York University School of Medicine. Dia tinggal di New York bersama istri dan anak-anaknya.