"Keinginanmu itu benar-benar gila!" sergahku.Betapa tidak? Ketika banyak orang menghendaki jadi sebenar-benar manusia, justru kauingin jadi ikan - hewan air."Kaupikir keinginanku menjadi ikan, gila? Tak masuk akal? Absurd?" ujarmu.Aku mengangguk. Makin kesal."Seperti Nuh sewaktu membikin perahu, waktu itu tidak musim penghujan dan jauh dari tepi laut.Kaum Nuh mengolok dan meneriaki Nuh sebagai orang gila. Bahkan putra kandungnya menganggap ayahnya itu sudah gila. Tetapi, apa yang terjadi kemudian?" lanjutmu. "Perahu yang tak begitu besar itu telah menyelamatkan orang-orang beriman, yang percaya tak begitu besar itu telah menyelamatkan orang-orang beriman, yang percaya pada risalah yang dibawa Nuh. Dan putra Nuh terseret bah, tenggelam, dan mati entah di mana..."Aku ingin membantah: sesungguhnya kau bukan Nuh. Karena itu, mujuzat apa yang akan kauterima jika keinginanmu menjadi ikan tercapai?Seandainya kau jadi ikan - artinya keinginanmu terwujud, tentu tak akan berdebar-debar perasaanku setiap menyaksikan penayangan berita di televisi saat membaca koran. Dan ,sungguh! Aku tak mau mengira-ngira. Sekarang aku hanya menanti kabar bahwa kau selamat. Karena semua orang tak akan mau mati seperti itu: digulung oleh air bah yang sangat dahsyat. Kalau Anda mengetahui keadaan temanku itu, aku mohon kabarilah aku...
Lahir di Tanjungkarang, Lampung pada 5 Juni 1968 dan hingga kini masih menetap di kota itu. Putra keempat dari delapan bersaudara pasangan Zakiri Senet (alm) bersuku Bengkulu dan Ratminah (Winduaji, Sindanglaut, Cirebon). Ayah dari lima anak buah perkawinan dengan Adibah Jalili. Dipercaya sebagai pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung dan Ketua Program Dewan Kesenian Lampung (DKL) periode 2005 - 2008.