Bong jatuh cinta pada gadis yang dipanggil Keka. Itu biasa, karena selama ini ada lelaki lain yang juga naksir Keka. Juga biasa, kalau cinta menggebu tapi sekaligus ragu tak berakhir di pernikahan. Yang tak biasa, Keka memberi nama anak perempuannya Keka juga. Ternyata Keka generasi kedua ini tertarik pada Bong, walau ia hamil dengan lelaki lain. Bong menyelamatkan bayi yang nyaris digugurkan. Bayi itu dipanggil Keka Siang, karena lahirnya siang hari. Yang tidak biasa juga, Keka Siang itu ketika remaja tertarik juga sama Bong. Sempat pacaran. (Kalau tak salah malah tinggal bersama.)
Ketika mengetahui hal ini, Keka yang sudah menjadi nenek marah besar. Sang cucu tak peduli. Bong baru tahu bahwa Keka Siang adalah bayi yang pernah ditolong saat kelahirannya, ketika bertemu kekasihnya yang sudah tua, sudah menopause, tapi masih bisa cemburu. (Kalau tak salah juga sakit-sakitan.)
Bong bertemu dengan Keka, dan saling bercerita: dulu saat mereka pacaran takut sama orangtua, lalu takut diketahui anak, kemudian sekali takut ditertawakan cucu. (Kalau tak salah tersiratkan juga persaingan, juga pilihan karena Keka generasi ketiga ini akan bunuh diri kalau tidak jadi sama Bong.)
Di antara pohon gede, ikan lele, itik, juga pohon talok, (kalau tak salah ada juga peluru), cinta menemukan bentukan ketika bisa memberi makna.
Meskipun kalau ditanyakan kepada Bong siapa nama Keka yang sebenarnya, Bong mungkin tak tahu. atau juga Keka tak tahu apakah Bong itu nama singkatan dari nama Kecebong atau Bongkaran.
Kalau tak salah, cinta memang tak menuntut atau tahu banyak atau sedikit, menikah atau berpisah, nenek atau cucu.
Seorang yang sangat terkenal di bidang jurnalistik, penulisan dan sinetron. Lahir di Solo 26 November 1948. Sempat kuliah di IKIP Solo selama beberapa bulan, lalu mengikuti program penulisan kreatif di Iowa University, Iowa City, Amerika Serikat (1979). Prestasinya sungguh luar biasa. Banyak karyanya yang telah disinetronkan dan mendapat penghargaan, diantaranya Keluarga Cemara, Becak Emak, yang terpilih sebagai Pemenang Kedua Buku Remaja Yayasan Adikarya IKAPI 2002. Bahkan karena prestasinya pula, dia sempat masuk penjara selama lima tahun!Kini ia mengelola penerbitan sendiri yang diberi nama Atmo Group. Ia tinggal di Jakarta dengan seorang istri yang itu-itu saja, tiga orang anak yang sudah dewasa,seorang cucu yang lucu, seekor anjing setia, ratusan lukisan buatan sendiri selama di penjara serta sejumlah pengalaman indah yang masih akan dituliskan.