Di zaman yang serba kekurangan, di kala Semarang jadi rebutan para penjajah, penduduk sudah tak bebas lagi berbuat sekehendak hati. Mereka hidup dalam kekangan.
Dalam Langit dan Bumi Sahabat Kami ini, Dini mengisahkan kembali peristiwa-peristiwa yang dialaminya pada masa itu: kekurangan makanan, musim yang kering, keadaan yang memprihatinkan, dan lain-lain.
Semua itu dihadapi keluarga Dini dengan tabah dan tawakal. Seperti kata ibu Dini, "Sabar dan dermawanlah seperti bumi. Dia kauinjak, kau-ludahi, namun tak hentinya memberimu makanan dan minuman."
Buku ini adalah buku ketiga dari seri Cerita Kenangan Nh. Dini. Dua buku sebelumnya adalah Sebuah Lorong di Kotaku (Gramedia, 1986) dan Padang Ilalang di Belakang Rumah (Gramedia, 1987).
Nh Dini lahir tanggal 29 Februari 1936 di Semarang. Setamat SMA bagian Sastra (1959), ia mengikuti kursus Pramugari Darat GIA Jakarta (1956), dan terakhir mengikuti kursus B-1 Jurusan Sejarah (1957). Nh.Dini mulai menulis sejak tahun 1951. Pada tahun 1953 cerpen-cerpennya mulai dimuat di majalah Kisah, Mimbar Indonesia, dan Siasat. Selain menulis cerpen, Dini juga menulis sajak dan sandiwara radio, serta novel. Berbagai penghargaan telah diterimanya, antara lain pemenang Lomba Penulisan Naskah Skenario untuk sandiwara radio se-Jawa Tengah (1955), mendapat hadiah pertama untuk Lomba Penulisan Cerita Pendek dalam Bahasa Prancis se-Indonesia untuk cerpennya Sarang Ikan di Teluk Jakarta (1988). Pada tahun 1989 ia mendapat Hadiah Seni dari Kementerian PdanK untuk bidang Sastra. Pada tahun 1991 Dini kembali memperoleh Piagam Penghargaan Upapradana dari Pemda TK I Jawa Tengah. Selain terus berkarya, Dini juga sibuk menerima undangan-undangan ceramah mengenai sastra dan budaya di dalam dan luar negeri. Selain itu, ia juga mengelola sebuah taman bacaan untuk remaja dan anak-anak di Semarang, yang kegiatannya mencakup latihan Bahasa Indonesia dan diskusi.