Buku ini berisi kisah tentang Mahabharata dan Ramayana. Ditulis oleh Nyoman S. Pendit.
Ramayana
Ramayana diciptakan oleh Valmiki, pujangga India, konon sebelum Mahabharata tercipta, dan seperti Mahabharata, mahakarya ini masuk ke Nusantara bersama masuknya agama Hindu. Selanjutnya, leluhur penduduk Nusantara (khususnya di Jawa dan Bali) mengadaptasi dan mengembangkannya dalam bentuk kakawin (puisi klasik berbahasa Kawi/Jawa Kuno), relief Candi Prambanan, seni tatah wayang kulit, pentas lakon, dan berbagai tarian.
Kisah panjang ini diawali dengan lahirnya Rama, putra mahkota Kerajaan Kosala, masa mudanya penuh gemblengan, hidupnya dalam pembuangan setelah haknya atas takhta kerajaan diberikan kepada adik tirinya, perjuangannya merebut Sita dari Rawana, sampai bagaimana Sita memilih mati membakar diri karena Rama meragukan kesuciannya.
Mahabharata
Mahabharata adalah wiracarita atau cerita kepahlawanan yang diciptakan oleh Vyasa di India, sekian ribu tahun yang lalu. Seperti Ramayana, epos ini diserap nenek moyang penduduk Nusantara bersamaan dengan masuknya agama Hindu. Dalam perkembangannya, antara lain kita kenal berbagai bentuk adaptasinya yang dipentaskan sebagai lakon wayang wong, wayang kulit, dan tari-tarian; serta saduran yang diolah menjadi kakawin (puisi Jawa Kuno), karya sastra masa kini, dan komik.
Mahabharata dikisahkan kembali oleh Nyoman S. Pendit dalam 55 bab. Dengan bahasa yang sederhana, memikat, dan enak dibaca, secara lengkap buku ini menuturkan perjalanan hidup Wangsa Bharata sejak kelahiran tokoh Bharata, perseteruan dua keturunannya-Kaurawa dan Pandawa-yang memuncak dalam perang besar Bharatayudha di padang Kuruksetra, sampai Pandawa moksa, naik ke Indraloka.
Nyoman S. Pendit, lahir di Pulau Dewata, tepatnya di Tabanan pada tanggal 26 Juli 1927 dan menyelesaikan pendidikan terakhir di Visva Bharati University, Santiniketan, India. Penulis sangat produktif menulis buku dan artikel tentang seni budaya, falsafah, agama Hindu dan pariwisata. Disamping di kenal sebagai penulis, wartawan dan terlebih sebagai tokoh penting agama Hindu di Indonesia, pada masa perang kemerdekaan penulis ikut aktif berjuang. Pada tahun 1945-1949, penulis pernah bertugas sebagai Letnan Tentara Pelajar Sunda Kecil, Cie Staf Timur Men Ngurah Rai, dan pada tahun 1949-1954 menjadi Ketua Umum Gerakan Tentara Pelajar Pejuang Sunda Kecil. Di usianya yang sudah hampir tiga perempat abad, Nyoman S. Pendit masih bugar dan tak henti menuangkan buah-buah pikirannya di dalam berbagai tulisan.