Tersiksa sebagai anak angkat yang tidak dicintai orangtua angkatnya, Ratih menerima lamaran Bu Marta untuk anak lelakinya, Hartomo. Mula-mula memang perkawinan ini berjalan manis. Tapi tidak lama, karena Hartomo bosan beristrikan wanita yang pendiam, tak berani mengeluarkan pendapat, dengan penampilan kuno. Apalagi setelah dia melihat sahabatnya di Jakarta sukses dan beristrikan wanita modis dan berwawasan.
Hartomo lalu meninggalkan kota kecilnya, menuju Jakarta untuk meraih kebahagiaan materi yang didambakannya. Sampai di Jakarta, Hartomo melupakan ibunya dan Ratih yang dianggapnya tidak sesuai dengan seleranya. Dia tak berniat memboyong keduanya ke Jakarta. Bahkan dia berniat menikah lagi dengan wanita yang lebih modern.
Setelah lima tahun tanpa kabar berita dari Hartomo, Ratih mengajak Bu Marta pindah ke Jakarta untuk memperjuangkan kehidupan dan cintanya. Dua tahun lamanya ia tinggal di Jakarta untuk berjuang, belajar, bertekun, dan mengembangkan diri sampai berhasil meraih kehidupan yang lebih baik. Bukan hanya kehidupan ekonomi yang membaik, penampilannya berubah, sesuai dengan profesi yang digelutinya. Pada saat itulah ia bertemu kembali dengan Hartomo.
Pertemuan itu membuat Hartomo gamang. Tujuh tahun ia meninggalkan Ratih begitu saja. Bahkan dua bulan lagi ia akan menikahi gadis pilihannya. Tapi ketika melihat Ratih kembali, ia tidak rela melepaskan istri pilihan ibunya itu....
Maria A. Sardjono sudah menulis sejak remaja tetapi baru dipublikasikan mulai tahun 1974. Hingga kini karyanya berjumlah 80 buku, sebagian dimuat sebagai cerita bersambung terlebih dulu, 150 cerpen, belasan cerita anak-anak, beberapa naskah sandiwara radio, satu buku ilmiah, dan puluhan artikel tentang berbagai macam topik. Ia adalah sarjana Filsafat Sosial Budaya dan master di bidang Filsafat Humaniora. Ia menikah dengan A.J.Sardjono dan dianugerahi empat putra yang semuanya sudah beranjak dewasa