Sekar dan Joko dibesarkan bersama-sama. Bedanya, Joko anak Raden Mas Tumenggung Suryokusumo, sementara Sekar anak pembantu yang mengabdi pada keluarga bangsawan itu.
Walaupun hanya berstatus anak pembantu, Sekar tumbuh menjadi gadis yang luar biasa luar dan dalam. Fisiknya tumbuh dengan indah, sementara batinnya pun tertata layaknya priyayi, karena sejak bayi memang hidup dan menyerap nilai-nilai kebangsawanan di sekitarnya. Prestasinya pun luar biasa. Dia berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan nilai gemilang, menjadi guru favorit di sebuah SMA swasta, sambil menyelesaikan program S2-nya.
Namun karena status sosial yang dimilikinya, sejak kecil benturan tak pernah lepas dari dirinya. Dan benturan yang paling menyakitkan adalah ketika ia jatuh cinta pada Joko, begitu pun sebaliknya. Langkah Sekar pun terhenti di tubir jurang perbedaan yang lebar.
Karena Joko tetap nekat, Ibu Suryokusumo memberinya solusi usang, yaitu menjadikan Sekar sebagai selir agar tidak merusak nama baik keluarga. Dan Joko tidak bisa menerima hal tersebut di dalam kehidupan modern ini.
Lalu apa jawaban Sekar yang menempatkan cinta yang tulus di atas segala-galanya?
Maria A. Sardjono sudah menulis sejak remaja tetapi baru dipublikasikan mulai tahun 1974. Hingga kini karyanya berjumlah 80 buku, sebagian dimuat sebagai cerita bersambung terlebih dulu, 150 cerpen, belasan cerita anak-anak, beberapa naskah sandiwara radio, satu buku ilmiah, dan puluhan artikel tentang berbagai macam topik. Ia adalah sarjana Filsafat Sosial Budaya dan master di bidang Filsafat Humaniora. Ia menikah dengan A.J.Sardjono dan dianugerahi empat putra yang semuanya sudah beranjak dewasa