"Sebuah kisah yang sanagat menawan dan menakjubkan; petualangan seorang pemimpi dan pecinta dengan ikhtiar yang luar biasa, membawa sang tokoh utama menuju puncak cinta dan terbunuh di tangan cintanya. Untuk kesekian kali, saya benar-benar terkesima, sungguh ini bacaan yang bermutu tinggi dan telah melesat jauh, melampaui novel-novel sejenis yang selama ini ada." KH. Anis Masduksi (Pengasuh Pondok Pesantren An-Nasyath Mlangi Yogyakarta) "Kualitas novel ini tak kalah dengan The Littel Prince, Sang Alkemis, dan Seribu Satu Malam yang diilhami oleh dongeng-dongeng tradisional dan jejak para sufi. Saya merekomendasikan BCM (Balada Cinta Majenun) untuk dibaca oleh siapa saja yang hendak menafakkuri mimpi dan cintanya." Hamdy Salad (Sastrawan dan Networker Kebudayaan) "Sebuah metafor kehidupan yang sangat menyentuh; menekan kesedihan dan kegelisahan lantaran cinta--yang membuat orang menjadi majenun (gila), disajikan secara memikat, dengan bahasa yang begitu sederhana dan cair. Setelah sekian buku yang ditulis bernada murung dan penuh pemberontakan, saya sungguh tidak menyangka, teman saya ini mampu menulis novel yang begitu lembut dan berkarakter, dengan membawa segerbong pesan agama yang langsung bisa menembus jantung!" Faisol Komandobat (Penyair dan Esais) "Novel ini mengandung pesona klasik, sebab setting utamanya berangkat dari Luxor-Egytian dan mengangkat tema dengan ketegangan yang dramatis serta tragis. Namun novel ini sekaligus kisah modern yang apik, sebab tokoh utamanya adalah masiswa Indonesia yang sedang belajar di Mesir dengan naluri kewirausahaan berdasar kearifan universal. Patut dibaca!" Hairus Salim (Pengamat Sastra dan Redaktur Budaya Majalah Gong) Novel ini menggambarkan kedalaman rasa seseorang yang sedang jatuh cinta. Penulisnya berhasil menggambarkan dengan kata-kata tentang sesuatu yang sulit dipahami kecuali oleh mereka yang mengalami. Saya dibuat hanyut dalam perasaan tokoh ridha yang "gila" karena cintanya pada gadis pujaan." Taufik Damas (Alumnus Universitas Al-Azhar, Chief Editor Penerbit Serambi) "Penghayatan cinta yang sangat mendalam, alur yang sangat memikat, tokoh cerita yang sangat berkarakter, dilengkapi dengan bahasa yang cukup estetis. Jika kehadiran fiksi-islami yang ditulis oleh santri-mantan santri selama ini masih terus dipertanyaan kekuatan estetikanya, karena dianggap terbelenggu dengan tumpukan kutipan dan tempelan-tempelan ayat suci-hadist Nabi serta terkesan lebih sebagai buku khotbah yang menghadirkan wacana halal-haram, dosa-pahala, hitam-putih, ketimbang karya sastra, kepada mereka saya anjurkan membaca novel ini!" KH. Mustafa Bishri, Budayawan dan Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Talibin Rembang