Aku memandangi pecahan-pecahan piring di atas lantai melalui mata yang basah oleh air mata, kemudian menyayat wajahku karena marah. Aku memotong pipi, dahi, dan daguku. Merasa bahwa aku tidak akan kehilangan apa pun, dengan tenang aku berjalan menuruni tangga untuk menyatakan protes tanpa kata-kata. Di dalam pikiranku, perbuatanku benar-benar waras. Aku tidak tahu bagaimana menuntut untuk dipahami. Aku tersesat dan terjebak, dan aku sedang membuat sebuah pernyataan ... Waktu itu usiaku sembilan tahun, dan aku hampir-hampir dikirim ke rumah sakit jiwa.
Aku memandangi pecahan-pecahan piring di atas lantai melalui mata yang basah oleh air mata, kemudian menyayat wajahku karena marah. Aku memotong pipi, dahi, dan daguku. Merasa bahwa aku tidak akan kehilangan apa pun, dengan tenang aku berjalan menuruni tangga untuk menyatakan protes tanpa kata-kata. Di dalam pikiranku, perbuatanku benar-benar waras. Aku tidak tahu bagaimana menuntut untuk dipahami. Aku tersesat dan terjebak, dan aku sedang membuat sebuah pernyataan ... Waktu itu usiaku sembilan tahun, dan aku hampir-hampir dikirim ke rumah sakit jiwa. (hal. 10)
Dunia di Balik Kaca menjadi sebuah catatan yang sangat gamblang tentang autisme dari sudut pandang “orang dalam”. Demikian novel terjemahan dari Nobody Nowhere yang diangkat dari kisah nyata sang Pengarang, Donna Williams yang terlahir dalam keluarga miskin yang abai dan aniaya, kesengsaraan Donna atau Willie seolah kian sempurna dengan autisme yang dideritanya. Novel ini menyajikan sebuah kisah nyata yang sangat menyentuh nurani, dan sarat akan nilai-nilai kemanusiaan. Karya sastra ini menceritakan perjalanan hidup yang menakjubkan dari seorang gadis yang terjebak dalam derita mental. Tema kemanusiaan memang identik dengan latar belakang diterbitkannya novel ini sebagai novel fiksi yang diadaptasi langsung dari kisah nyata pengarang.
Aku masih ingat mimpiku yang pertama atau setidaknya mimpi pertama yang bisa kuingat. Aku sedang ... Baca Selengkapnya