Toto Tasmara bukanlah orang baru di kalangan dunia dakwah. Ia merupakan seseorang yang penuh gejolak sehingga tampak dari cara penulisan buku ini. Perjalanan hidupnya yang penuh rintihan dan fitnah, tidak menyebabkannya surut menarik diri dari dunia dakwah. Dalam hal yang satu ini, sebagaimana yang ditulisnya dalam pengantar buku ini, ia menulis sebuah kalimat yang indah, "Bagiku, tak ada kata henti untuk menjadikan hidup penuh arti. Perhentianku kelak, ketika terbaring sendiri di pekuburan yang sepi. "Buku ini begitu menggugah sekaligus menggugat. Menggugah dengan gaya bahasa yang puitis, indah, dan memberikan kesan yang mendalam kepada para pembacanya. Menggugat karena pesan-pesan yang disampaikan seakan menohok diri kita seraya mempertanyakan, "Betulkah kita ini muslim yang bersaudara? Di manakah akhlak persaudaraan? Mengapa kita lebih berpihak kepada paham-paham subjektif dan diam-diam mencampakkan akhlak persaudaraan?"Memberikan inspirasi kepada kita, khususnya para pemimpin atau pihak-pihak yang mengaku sebagai pemimpin umat, untuk menjadikannya sebagai cubitan kecil yang membangunkan kita dari mimpi-mimpi.