"Alangkah sukar serta tidak enak menjadi anak-anak, karena semua dilarang, segala sesuatu tidak bisa diperbuat," demikian Dini remaja mengeluh. Dini tidak mau lagi disebut anak-anak. Ia sudah berada di ambang kedewasaan. Ia mau agar orang memperlakukan dirinya seperti orang dewasa: orang yang berhak dan bisa berbuat sekehendak hati. Dalam Sekayu dikisahkan bagaimana Dini (yang telah memasuki dunia remaja) melihat segala persoalan di sekitar rumah tangga, teman, dan kotanya.Juga dikisahkan rasa kesepian Dini setelah ditinggal oleh ayah tercinta, disusul dengan cinta remajanya yang sepihak, dan perkawinan kakaknya. Semua dilukiskannya dengan manis dan tidak membosankan.
Nh Dini lahir tanggal 29 Februari 1936 di Semarang. Setamat SMA bagian Sastra (1959), ia mengikuti kursus Pramugari Darat GIA Jakarta (1956), dan terakhir mengikuti kursus B-1 Jurusan Sejarah (1957). Nh.Dini mulai menulis sejak tahun 1951. Pada tahun 1953 cerpen-cerpennya mulai dimuat di majalah Kisah, Mimbar Indonesia, dan Siasat. Selain menulis cerpen, Dini juga menulis sajak dan sandiwara radio, serta novel. Berbagai penghargaan telah diterimanya, antara lain pemenang Lomba Penulisan Naskah Skenario untuk sandiwara radio se-Jawa Tengah (1955), mendapat hadiah pertama untuk Lomba Penulisan Cerita Pendek dalam Bahasa Prancis se-Indonesia untuk cerpennya Sarang Ikan di Teluk Jakarta (1988). Pada tahun 1989 ia mendapat Hadiah Seni dari Kementerian PdanK untuk bidang Sastra. Pada tahun 1991 Dini kembali memperoleh Piagam Penghargaan Upapradana dari Pemda TK I Jawa Tengah. Selain terus berkarya, Dini juga sibuk menerima undangan-undangan ceramah mengenai sastra dan budaya di dalam dan luar negeri. Selain itu, ia juga mengelola sebuah taman bacaan untuk remaja dan anak-anak di Semarang, yang kegiatannya mencakup latihan Bahasa Indonesia dan diskusi.