Ketika Mira menyadari bahwa ia mencintai Aris, cincin pertunangan sudah siap dilingkarkan di jari manisnya oleh Totok.Tapi demi nilai-nilai kejujuran, ia rela menghadapi apa pun. Maka ia pun berterus terang kepada calon tunangannya itu mengenai perasaannya. Tapi ketika Totok mengetahui bahwa Mira sedikit pun tidak berminat menjalin hubungan istimewa dengan Aris, ia masih memberi kesempatan pada Mira untuk mempelajari dan menata kembali hatinya. Dengan begitu cincin pertunangan pun jadi juga melingkari jari manis gadis itu, dan bahkan terus berlanjut menjadi cincin kawin.Tampaknya segala sesuatu berjalan dengan baik. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Hati Totok yang semula mampu mengikuti gerak hati dan kiprah sang istri yang berjiwa seni itu, mulai goyah ketika melihat kesuksesan yang diraih oleh istrinya. Baik sebagai pengarang, maupun pemain watak. Celakanya, hal itu justru dapat dimengerti dengan baik oleh Aris yang juga pengarang.Di situlah rupanya benang-benang ruwet mulai tercipta. Ibarat sebatang pohon, daun-daunnya mulai mengering dan berguguran. Tetapi apakah batang pohon itu akan mati layu atau justru akan bertunas kembali?
Maria A. Sardjono sudah menulis sejak remaja tetapi baru dipublikasikan mulai tahun 1974. Hingga kini karyanya berjumlah 80 buku, sebagian dimuat sebagai cerita bersambung terlebih dulu, 150 cerpen, belasan cerita anak-anak, beberapa naskah sandiwara radio, satu buku ilmiah, dan puluhan artikel tentang berbagai macam topik. Ia adalah sarjana Filsafat Sosial Budaya dan master di bidang Filsafat Humaniora. Ia menikah dengan A.J.Sardjono dan dianugerahi empat putra yang semuanya sudah beranjak dewasa