"Aku mencintaimu, Ning!" terlontar perkataan itu dari mulut Rudi. Kemudian laki-laki itu mendekatinya perlahan-lahan. Dengan tatapan penuh hasrat asmara.Namun Tuning melangkah menjauhinya, dengan mata melebar."Kau tidak mencintaiku, Mas. Selama ini kau selalu menganggapku tak berharga. Aku tahu betul, kauanggap diriku tak setara dan tak layak menjadi kekasihmu," katanya. "Jadi, kuasailah dirimu dan pulanglah. Hari sudah malam."Rudi tersinggung. Pandangan Tuning yang bersinar meremehkan itu membuatnya kehilangan kontrol diri. Apa sih kelebihan Tuning sehingga berani menolaknya? Buat apa pula perempuan itu berpura-pura alim di hadapanku? pikirnya dengan gemas. Padahal bertahun-tahun lalu, entah sudah berapa banyak laki-laki yang dilayaninya, datang dan pergi dalam kehidupannya.Andaikan Tuning tahu lebih jauh apa dipikirkan oleh Rudi, ia pasti sudah sejak awal menolak kehadiran lelaki itu di hatinya. Rupanya, bercak-bercak noda yang dibawa almarhumah kakaknya bertahun-tahun lalu masih saja menempel dengan lekat di kehidupannya kini...
Maria A. Sardjono sudah menulis sejak remaja tetapi baru dipublikasikan mulai tahun 1974. Hingga kini karyanya berjumlah 80 buku, sebagian dimuat sebagai cerita bersambung terlebih dulu, 150 cerpen, belasan cerita anak-anak, beberapa naskah sandiwara radio, satu buku ilmiah, dan puluhan artikel tentang berbagai macam topik. Ia adalah sarjana Filsafat Sosial Budaya dan master di bidang Filsafat Humaniora. Ia menikah dengan A.J.Sardjono dan dianugerahi empat putra yang semuanya sudah beranjak dewasa