Tiga perempuan berbeda generasi terbentur oleh budaya yang diwarnai sistem patriarkat. Akibatnya timbul gejolak dalam kehidupan masing-masing dan ketiganya mengalami kegamangan ketika harus mengungkapkan cinta terhadap laki-laki yang mereka kasihi.Sang nenek, membentengi dirinya dari perasaan cinta pada suaminya yang berpoligami. Sang ibu, lain lagi. Karena melihat rumah tangga orangtuanya, dia bertekad akan tampak sebagai wanita super di hadapan sang suami.Dan Gading sebagai generasi ketiga yang hidup di masa sekarang pun mengalami benturan nilai-nilai tersebut. Yoyok, kekasihnya, masih memiliki pemikiran yang sama seperti kakek moyangnya, yaitu tempat yang paling pas bagi perempuan adalah di dalam rumah. Padahal Gading ingin meniti kariernya sebagai wartawan. Ketika Gading sadar bahwa ada nilai lain yang menyangkut kasih yaitu pengorbanan Yoyok sudah pergi meninggalkannya ke negeri orang.Ke mana harus dicarinya lelaki itu? Dia yang akhirnya memberinya kesadaran bahwa di rumah pun seorang wanita tetap bisa berkarya dan mengungkapkan eksistensinya, setara dengan laki-laki. Haruskah Gading menerima jodoh yang didesakkan neneknya, seorang ningrat modern yang dipikirannya jauh lebih kuno dari Yoyok?
Maria A. Sardjono sudah menulis sejak remaja tetapi baru dipublikasikan mulai tahun 1974. Hingga kini karyanya berjumlah 80 buku, sebagian dimuat sebagai cerita bersambung terlebih dulu, 150 cerpen, belasan cerita anak-anak, beberapa naskah sandiwara radio, satu buku ilmiah, dan puluhan artikel tentang berbagai macam topik. Ia adalah sarjana Filsafat Sosial Budaya dan master di bidang Filsafat Humaniora. Ia menikah dengan A.J.Sardjono dan dianugerahi empat putra yang semuanya sudah beranjak dewasa