Jika orang mengira aku sudah gila, mereka salah besar. Berbicara dengan seekor ayam justru telah berhasil mempertahankan kewarasanku. Ini bukan masalah sentimentil seperti orang yang berbicara dengan
anjing peliharaan kesayangannya.
Aku tidak sayang Oki, malah kadang muncul keinginan untuk menyembelihnya, mencabuti bulu-bulunya yang merah dan biru gelap. Hanya saja, cuma dia yang bisa aku ajak bicara ngalor-ngidul saat ini. Jika tidak ada Oki, mungkin sekarang aku masih bersembunyi di pondok itu sampai perlahan-lahan lupa dengan bahasa
makhluk dari jenisku sendiri.
Dan kini aku memandangi ayam itu seperti memandangi anak kami. Mata kupejamkan dan kedamaian mengaliri relung-relung jiwaku. Hanya di tempat ini aku bisa merasakan kehadirannya, kehangatannya dan menertawakan sifatnya yang polos.
Meskipun jalan ceritanya cukup berliku, novel Ruang Rindu ini tidak stagnan dan membosankan karena selalu ada kejutan di setiap stage-nya.
Nyaris saya tidak bisa terima ketika saya membaca lembar terakhir.
- Noe Letto
Novel ini tidak terlalu sulit untuk dibaca remaja, dan tidak terlalu
ringan untuk dikonsumsi orang dewasa. Banyal hal yang bisa dipelajari
dari novel ini. Mudah-mudahan ini bukan novel terakhir Bung Andi,
soalnya saya terlanjur suka....
- Patub Letto
Siapapun yang suka mengoleksi buku-buku berkualitas, sepertinya novel
ini menjadi salah satu novel wajib yang harus dimiliki. Salut buat Andi!
- Ari Letto
Saya tidak tahu apakah novel ini benar-benar fiksi ataukah pengalaman
pribadi pengarang. Dalam banget dan sangat berkesan alam hati!
- Dedi Letto