SEBAGIAN besar para penggemar tetralogi Pramoedya Ananta Toer pasti kenal nama Marco. Ia adalah seorang wartawan muda yang berpendirian keras dan berani mengkritik kebijakan-kebijakan diskriminatif pemerintah, seorang jagoan belati, dan seorang yang diam-diam jatuh hati pada Siti Soendari (seorang gadis radikal terkenal saat itu). Syahdan, akibat dari jatuh-hatinya itu, sebuah novel telah lahir darinya. Kita sekarang mengenal novel itu dengan judul Student Hidjo.
Berpanjang nama sebagai Mas Marco Kartodikromo, terakhir ia dibuang ke Boven Digoel, di Pulau Papua sekarang. Ia dibuang ke sana akibat dituduh terlibat pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang gagal, akhir tahun 1926. Sebelumnya, beberapa kali ia dipenjarakan akibat tulisan-tulisannya di surat kabar. Namun dari tangannya juga beberapa buku lahir. Selain Student Hidjo, misalnya, ia menulis pula Doenia Bergerak. Usianya pendek, memang. Ia meninggal di Boven Digoel pada tahun 1932 dalam usia 42 tahun.
Tapi memang dasar penulis, di tanah buangan, ia pun masih sempat menulis. Banyak yang dikirim dan dimuat, salah satunya di harian Pewarta Deli. Ternyata, apa yang dikirimnya dan dalam 51 angsuran itu, tak jauh beda dengan catatan harian; dari tanggal 10 Oktober sampai 9 Desember 1931. Tahun 2002, Koesalah Soebagyo Toer mencari dan menyuntingnya lagi, dan akhirnya diterbitkan (oleh KPG) dengan judul Pergaulan Orang Buangan di
... Baca Selengkapnya