Namanya menjadi sangat dikenal setelah berhasil melakukan pembedahan tumor di batang otak pada tahun 2001 yang pada era sebelumnya disebut sebagai “no man’s land” oleh para dokter bedah saraf. Bagian ini memang merupakan area yang riskan saat disentuh dan sulit dijangkau. Kini, ribuan pasien dengan berbagai karakter telah ia tangani. Ia juga terbiasa menangani berbagai operasi yang superrumit dan berisiko tinggi. Meski langkah-langkahnya tidak jarang penuh dengan kontroversi, banyak juga inovasi yang dihasilkan dr. Eka Julianta Wahjoepramono. Kini, ia menjadi salah satu sosok yang disegani dan berpengaruh dalam perkembangan bedah saraf di dunia internasional. Ia pun berkeinginan besar untuk menyejajarkan bedah saraf Indonesia dengan praktik bedah saraf paling maju di dunia. Ini bukanlah biografi kisah sukses dr. Eka. Dalam buku ini, Handi Kurniawan berdialog dengan dr. Eka untuk mencari tahu “resep” sang dokter dalam hal kepemimpinan, menghadapi risiko, menangani konflik, menjaga kesehatan, dan learning experience lain yang membentuknya menjadi salah satu dokter berkelas dunia.