Maka, kali ini ia kembali ke pangkal jalan. Semestinya, sebelum kembali ke pangkal jalan, sebelum sampai di ujung tempat berbalik ke awal lagi, ia harus baru-baru membelokkan langkah ke kanan. Dari situlah ia berjalan lurus. Tapi, ia selalu mendapat banyak godaan.
Selalu ia melihat tampat indah menjelang atau di ujung jalan. Ia melihat sebuah daerah, penuh godaan: perempuan cantik dan orang-orang menawarkan senyum untuk hidup. Namun, ketika ia sampai di ujung jalan, ia pun melihat kegelapan, kemudian sebuah lorong yang ia masuki. Di dalam lorong itu, ia melihat wajah kakeknya menyeringai, dengan tongkat di tangan yang dacung-acungkan ke arah kepalanya.