7disabled
Stok Tidak Tersedia
Atau
Tambah ke Daftar Keinginan

Beritahukan jika produk ini tersedia kembali
Dialog (Soft Cover)
oleh Umar Kayam

Ketersediaan : Stock tidak tersedia

Format : Soft Cover
ISBN : 9793019255
ISBN13 : 9789793019253
Tanggal Terbit : 2005
Bahasa : Indonesia
Penerbit : METAFOR
Halaman : 325
Dimensi : 140 mm x 210 mm



Deskripsi:
Dialog mengumpulkan tigapuluh tahun artikel koran Umar Kayam, dari 1969 sampai 1999. Di karangan-karangan nonfiksi yang kebanyakan berbentuk esai dan reportage singkat ini, Umar Kayam menunjukkan sisi lain dari yang dia tunjukkan dalam cerpen, novel dan terutama kolom Mangan Ora Mangan Kumpulnya. Hatinya tetap Jawa, tapi kali ini penanya lebih tidak sabar mengeluarkan kritik-kritik dari kepala yang dipenuhi dengan teori-teori Barat tentang kitsch, pendidikan, wayang, teater, seni lukis, film, sastra, televisi, taksi, jam karet, dan masih banyak lagi. Masih dengan semangat kemulticendekiawanan yang dulu menjamur di Indonesia (lihat juga Asrul Sani, Mochtar Lubis, Soekarno), tapi sekarang sudah jarang ditemui dan dengan gaya yang ringan, bercanda tapi serius dan nyelekit. Yang membuatnya seakan-akan ada di hadapan anda pembaca, mendongeng dan berdialog. Selain bisa mengikuti perubahan gaya menulis Umar Kayam selama tigapuluh tahun, dengan Dialog anda juga dapat mengamati kemajuan (dan kemunduran!) dunia Indonesia yang dia ceritakan. Dan Dialog, tidak seperti kebanyakan buku nonfiksi yang diterbitkan di Indonesia, dilengkapi dengan indeks lengkap (bukan hanya indeks nama saja) yang akan membantu anda menemukan lagi apa yang tadi sudah anda baca tapi sekarang sudah lupa di halaman berapa. ULASAN DAN KOMENTAR "Yang disajikan Dialog adalah rasa bagaimana menikmati gaya penulisan Umar Kayam dalam bentuk yang lain. Rasa humornya, bentuk beragam penyajian tulisannya, isi pemikiran tulisannya, spirit tulisannya, dan yang paling penting adalah, menimbulkan nuansa Umar Kayam yang berbeda dari sejumlah buku-buku nonfiksi lainnya." Chusnato, sriti.com "Umar Kayam memang sosok yang patut dikagumi. Wawasannya demikian luas. Ini terlihat lewat tulisan-tulisannya yang menyentil dalam beragam topik, misalnya soal keberadaan taksi AC di Jakarta, film Indonesia, budaya jam karet, korupsi, dan banyak lagi. Dengan gaya penyampaiannya yang khas kejawa-jawaan, tulisan-tulisannya sungguh membumi dan bisa dimengerti semua kalangan. Sebagaimana judulnya, buku ini seperti sedang mengajak pembacanya berdialog." FIC, femina "BLURB: Buku ini berisi kumpulan artikel yang pernah ditulis almarhum Umar Kayam, seorang budayawan, novelis dan cerpenis, selama 30 tahun di media massa. sebagian besar isinya tentang pikiran, perasaan dan harapan Umar sebagai salah satu 'penghuni' [sic] bangsa Indonesia. VERDICT: Sebagai seorang cerpenis sekaligus budayawan, Umar Kayam selalu menuturkan maksud terdalamnya melalui joke ringan namun serius dan 'nyelekit' [sic]. TRY IT IF YOU LIKE: Artikel Ngesti Pandowo, Budaya Harus Bayar, Korupsi dan Nepotisme Kaliber Teri, sangat direkomendasikan untuk dibaca." *** [tiga bintang dari kemungkinan lima] ZM, FHM, November 2005 "Pertama kali dalam satu buku, penyatuan 30 karya Umar Kayam dalam bentuk artikel-artikel yang pernah terbit di koran-koran dari tahun 1969-1999. Ia banyak menumpahkan pikiran-pikirannya yang penuh dengan teori barat. Gaya bahasa naturalnya yang seperti sedang berdialog bercampur dengan kritik-kritik yang pedas, namun tetap santai. [inisial pengarang tidak ada], P.S. Magazine, September 2005

Kategori dan Rangking Bestseller:

Buku Lainnya oleh Umar Kayam:
Halaman 1 dari 1
(Soft Cover)
oleh Umar Kayam
Stock tidak tersedia

Review Konsumen:
5 -
4 -
3 100%
2 -
1 -
3.0
1 Review
Tulis Review Anda
Bila Umar Kayam Mengajak Dialog
oleh Rimbun Natamarga pada Rabu, 29 September 2010
Saya tak pernah yakin bisa meresensi kumpulan tulisan-tulisan Umar Kayam ini dengan baik. Meski diniatkan oleh penyuntingnya--Mikael Johani--sebagai kumpulan dari tulisan-tulisan Umar Kayam yang "non-spesialis," tetap saja bagi saya, apa yang diangkatnya itu mengandung makna yang belum tentu bisa dimamah-baik oleh saya sebagai pembaca awam.


Apa yang saya tangkap adalah bahwa persoalan se-sepele apa pun, bagi Umar Kayam, mesti memiliki penjelasan. Dan se-sederhana apa pun penjelasan itu, tetap saja ada referensi baginya. Dalam berbagai persoalan yang diangkatnya ada dialog yang tak putus-putus, seakan makna azali tak pernah final. Maka, pantas saja, menurut saya pribadi, kumpulan tulisan-tulisannya diberi judul DIALOG, entah oleh penyunting entah oleh penerbit, karena yang ditawarkan Umar Kayam adalah dialog bagi kita, si pembaca, atas persoalan-persoalan yang ada.


Saya mengenal Umar Kayam lewat ”Sri Sumarah” dan “Bawuk,” kedua cerpennya yang terkenal itu. Meningkat ke PARA PRIYAYI, lalu cerpen-cerpennya yang lain, dan lebih akrab lagi dengan “tetralogi”-nya, MANGAN ORA MANGAN KUMPUL. Terakhir yang saya lihat adalah kumpulan kolomnya di TEMPO; TITIPAN UMAR KAYAM. Apa yang saya dapatkan--ia melihat hidup bukan melulu pada apa yang "berat" dan "dalam." Yang besar dan serius. Hidup itu luas dan beragam, dan ternyata lebih bewarna, tak seperti saya yang sering lupa bahwa hidup bukan sekedar dari ... Baca Selengkapnya
Apakah review ini bermanfaat bagi Anda?
Tulis Review Anda