Nama Bali, bagi pelancong mana pun, selama puluhan tahun, selalu menimbulkan citra eksotis. Dalam pencitraan tersebut, tak tertolak peran yang dimainkan pengarang Meksiko yang merangkap seorang kartunis, yakni si Trendy Covarrubias. Bukunya yang klasik, Island of Bali memang menghadirkan sosok perempuan gemulai nan elok yang mengusung sesaji, atau tengah mandi tak berbusana di pancuran; pendeknya gambaran suatu firdaus duniawi. Itulah yang kemudian menjadi realitas imajiner yang melekat di benak, bahkan jauh sebelum kita mengalami kenyataan Bali sebenarnya.
Di antara hal yang dikupas oleh Covarrubias adalah kecemasannya akan masa depan Bali dan akibat negatif pariwisata serta gempuran budaya asing. Memang Covarrubias mengkhawatirkan hancurnya kebudayaan Bali di peradaban 'pembaratan' dan sebuah kaum turis. Di lain pihak, dia menyadari mustahilnya pulau ini bertahan sebagai museum hidup sebagaimana digagas kaum kolonial zaman itu.
Kenyataannya, kini Bali tak seperti yang diprihatinkan oleh Covarrubias. Justru setelah Indonesia merdeka, pulau yang sarat pujian ini memperlihatkan kemampuan bertahan yang tak terduga. Tetapi bentuk ketahanan itu pun tak terduga. Kristenisasi yang dicemaskan Covarrubias justru tidak terjadi. Sebaliknya agama Bali dirumuskan kembali dan dibakukan sedemikian rupa sehingga diyakini menjadi benteng terakhir identitas Bali terhadap aneka jenis serbuan yang sejalan dengan semakin terintegrasinya Bali di dalam perekonomian global.
Lahir di Negara, Bali tahun 1965. Pernah menjadi koordinator Sanggar Minum Kopi (SMK) Bali pada awal `90-an, yang secara rutin menyelenggarakan Lomba Penulisan Puisi Se-Indonesia, serta Lomba Baca Puisi se-Bali. Putu berkeliling untuk menjadi juri serta membangkitkan kehidupan sastra di daerah-daerah seputar Bali. Ia manjdi salah satu bidan kelahiran Yayasan CAK Denpasar yang menerbitkan Jurnal CAK sampai kini, serta mengambil inisiatif mendirikan Warung Budaya di Taman Budaya Denpasar tahun 1998.Beberapa kali memenangkan berbagai lomba cerpen dan puisi. Tahun 2002 lalu, ia menjadi salah satu dari 10 cerpenis Terbaik dalam Lomba Menulis Cerpen se-Indonesia yang diselenggarakan Bali Post Denpasar. Ia juga menjadi pemenang utama Lomba Menulis Cerpen se-Indonesia yang diadakan di Kota Batu, Jawa Timur di tahun yang sama. Puisinya masuk nominasi untuk meraih Borobudur Award tahun 1996. Selain itu, naskah sinetronnya keluar sebagai pemenang Sepluhu Terbaik tahun 1993 di Bali.