Inilah drama sejarah yang diilhami pembantaian sekitar 10.000 orang Cina di Batavia oleh VOC, Oktober 1740. Dibangun lewat kisah percintaan antarbangsa, Hein de Wit dan Hien Nio, drama sejarah ini membongkar prasangka-prasangka rasial, suatu alam bawah-sadar yang barangkali juga bermukim dalam diri kita hingga sekarang ini. Dialog-dialognya menggugah. Lebih daripada itu, drama sejarah ini, yang ditulis dengan gaya novel, dilengkapi dengan catatan agar pembaca dapat memahami konteks persoalan yang dipaparkan dalam dialog-dialognya.
Alif Danya Munsyi alias Remy Sylado alias entah siapa lagi, yang nama aslinya Yapi Tambayong, banyak menulis puisi, cerpen, novel, drama, esai, kolom, kiritik, skenario, serta buku-buku tentang musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi. Ia pernah bekerja sebagai wartawan harian dan majalah di Semarang, Bandung dan Jakarta. Perhatiannya pada bahasa dan sastra mendorongnya mempelajari banyak bahasa. Seniman multidimensi ini lahir di Makassar, dan menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja di Semarang dan Solo.