Nama Augie Fantinus dan bola basket seakan tidak bisa terpisahkan. Kecintaan Augie terhadap basket ini tumbuh sejak kecil dan semakin menguat saat dia menghabiskan masa studinya di Amerika Serikat—negeri asal olahraga ini. Augie memang bukan pemain profesional, tetapi dia pernah menjadi manajer timnas bola basket putri untuk SEA Games 2015. Keberhasilannya mengawal timnas sampai pada prestasi medali perak—hal terbaik yang didapat setelah 18 tahun puasa gelar, akan terus tercatat jadi sejarah indah dunia bola basket Indonesia.

Melalui buku ini Augie mengemas kisah pengaduk emosi penuh kata-kata pembakar semangat terbalut humor renyah. Simak bagaimana dia sampai bisa berkecimpung dalam dunia manajerial tim bola basket sekelas timnas dan bagaimana tugas ini memberinya banyak perspektif baru, yang sebelumnya tidak pernah Augie dapatkan dari kacamata pecinta basket.

“Saya tahu betul bagaimana beratnya tugas seorang manajer timnas. Tetapi, Augie berani mengambil tanggung jawab dan menjalaninya dengan antusiasme tinggi yang tidak surut dari awal hingga akhir.”      

—Azrul Ananda, founder dan Direktur DBL Indonesia

 “Saya sepakat dengan apa yang dituturkan Augie di buku ini, duka adalah ketika tidak bisa berkontribusi untuk kebaikan dunia yang kita cintai. Augie termasuk orang yang beruntung, karena pernah merasakan pengalaman berjuang di dunia basket, dan kini melanjutkannya di jalan lain.”

—Basuki Tjahaja Purnama

“Basket adalah cinta pertama yang telah melahirkan banyak filosofi kehidupan bagi saya, terutama dalam meraih mimpi. Jika Anda juga ingin memetik makna hidup dari dunia basket, Anda wajib membaca buku ini. Tidak ada kata lain untuk bisa berubah selain JUMP!”

—Sandiaga S. Uno, pengusaha dan mantan Manajer Timnas Basket Putri SEA Games 2005

“Mengenal Augie Fantinus lebih dari lima belas tahun, jujur, saya tidak menyangka begitu banyak sisi darinya yang baru saya ketahui melalui buku ini. Bagaimana tim basket putri Indonesia berhasil prestasi tertingginya dalam 18 tahun merupakan satu pencapaian luar biasa, tapi bagaimana makna perjuangan, optimisme, mimpi, dan kerja keras yang dituangkan dalam memoar Augie mendampingi timya, merupakan butir-butir paling berharga dari buku ini. Terhibur, haru, dan kagum, adalah impresi saya ketika menelusuri lembar demi lembarnya. Semoga semangat dalam buku ini menyebar dan menular kepada generasi muda Indonesia.”

—Dee Lestari, penulis, musisi

“GILA BASKET+TULUS+NASIONALIS= AUGIE! #proudbrother”

—Udjo, personel Project Pop