Dalam cerpen-cerpen Fajar yang terbaik. Maut tidak lagi dihadirkan sebagai peristiwa semencekam gambaran umum di kalangan Samawi. Pengaruh latar belakang filsafati Hindu tampak dengan jelas. Maut dikisahkan sebagai sesuatu yang banal, peristiwa peralihan biasa, satu tahapan jamak, di mana roh/atma melampaui kehidupan ini untuk ber-samsara dari kondisi satu ke kondisi berikutnya.Dalam buku kumpulan cerpen ini, Fajar melangkah lebih jauh berhasil menjaraki serbuan fakta seta mampu menciptakan realita imajiner: di mana keunikan kultur asalnya berpadu, baik dengan keseharian modernya maupun dengan keuniversalannya antar-kultur yang menjadi ciri dari kemodernan global kita ini.Jean Couteau
Lahir di Negara, Bali tahun 1965. Pernah menjadi koordinator Sanggar Minum Kopi (SMK) Bali pada awal `90-an, yang secara rutin menyelenggarakan Lomba Penulisan Puisi Se-Indonesia, serta Lomba Baca Puisi se-Bali. Putu berkeliling untuk menjadi juri serta membangkitkan kehidupan sastra di daerah-daerah seputar Bali. Ia manjdi salah satu bidan kelahiran Yayasan CAK Denpasar yang menerbitkan Jurnal CAK sampai kini, serta mengambil inisiatif mendirikan Warung Budaya di Taman Budaya Denpasar tahun 1998.Beberapa kali memenangkan berbagai lomba cerpen dan puisi. Tahun 2002 lalu, ia menjadi salah satu dari 10 cerpenis Terbaik dalam Lomba Menulis Cerpen se-Indonesia yang diselenggarakan Bali Post Denpasar. Ia juga menjadi pemenang utama Lomba Menulis Cerpen se-Indonesia yang diadakan di Kota Batu, Jawa Timur di tahun yang sama. Puisinya masuk nominasi untuk meraih Borobudur Award tahun 1996. Selain itu, naskah sinetronnya keluar sebagai pemenang Sepluhu Terbaik tahun 1993 di Bali.