Suguro, novelis Katolik kawakan dengan kehidupan perkawinan yang tenteram dan terhormat, dipermalukan oleh seorang wanita mabuk pada pesta penganugerahan hadiah sastra yang amat penting. Wanita itu mengaku mengenalnya, dan mengatakan bahwa Suguro sering berkunjung ke kawasan mesum di Shinjuku---Tokyo. Bahkan, lukisan potretnya dipamerkan di galeri murahan di sana. Suguro menyangkal semua tuduhan itu. Tapi rasa ingin tahunya membuatnya pergi ke galeri itu. Lukisan yang dikatakan wanita itu begitu mirip dirinya, tapi dengan ekspresi yang lain sama sekali: berkesan kasar, kejam, dengan senyum mesum yang menjijikkan. Di situ ia berkenalan dengan Nyonya Naruse, janda setengah baya yang berpenampilan anggun dan terhormat. Nyonya Naruse mencela Suguro karena menyembunyikan nafsu seksnya yang biadab. Dituduhnya novelis itu sebagai pengarang pengecut, sok suci, dan dangkal---berdasarkan karakter tokoh-tokoh novelnya. Nyonya Naruse sendiri, di satu pihak adalah perawat sukarela yang keibuan dan telaten mengurus anak-anak di rumah sakit---tapi, di lain pihak adalah seorang sado-masokhis yang kejam. Hubungan mereka terus berlanjut. Masing-masing tak bisa melepaskan diri dari yang lain. Sementara itu, Suguro selalu dibayang-bayangi oleh wartawan muda yang berambisi menghancurkan reputasinya....