Format
Soft Cover
Penulis
Tempo
Kategori
Buku
Sejarah

Hasil: 41 - 53 dari 53
GRIDLIST
41.
Seri Tempo: Sukarno oleh Tempo
Soft Cover, Juli 2015
Stock tidak tersedia
Empat puluh tahun sejak Sukarno meninggal, nama serta wajahnya tidak pernah benar-benar lumat ter- kubur. Kampanye puluhan tahun Orde Baru untuk membenamkannya justru hanya mem perkuat ke- nangan orang akan kebesaran nya. Sukarno tak pernah berhenti menjadi ikon revolusi nasional Indonesia yang paling me nonjol—mung kin seperti Che Guevara bagi Kuba. Di banyak rumah, foto-fotonya, kendati dalam kertas yang sudah me- nguning di balik kaca pigura yang buram, tidak per- nah ...
42.
Soft Cover, Maret 2015
Stock tidak tersedia
Selayaknya tokoh hebat lain, Benny Moerdani juga seorang pejuang sejati, pembela ibu pertiwi. Seperti tak adalah palang yang terlalu menakutkan untuknya, Leonardus Benjamin Moerdani berada di barisan paling depan dalam pemberontakan PRRI/Permessta (1958), dan pula menjadi ikon pembebasan Irian Barat (1962). Di bawah kepemimpinan Soeharto, ia menjadi tokoh yang kontroversial. Selain namanya terkenal sebagai jenderal yang garang, ia juga pandai berdiplomasi. Namun, masa akhir hidupnya ...
43.
Soft Cover, April 2014
Stock tidak tersedia
Mengawali karier militer sebagai serdadu Belanda, Ali Moertopo adalah simpul penting Soeharto dan politik Order Baru. Dia intel, aktivis dan politikus. Ali Moertopo membuka jalan bagi kekuasaan Soeharto. Dia meremukkan demokrasi justru ketika Indonesia tengah meninggalkan otoritarianisme Bung Karno. Ia menggelar pelbagai operasi khusus: membuat partai politik untuk membesarkan Golkar, menciptakan fobia pada Islam dengan merangkul kelompok Islam radikal. Ali membuat politik tampil dalam wujud ...
44.
Soft Cover, Januari 2014
Stock tidak tersedia
Pada 17 Agustus 1950, di Jakarta, sejumlah seniman dan politikus membentuk Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Melalui konsep seni untuk rakyat, Lekra mengajak para pekerja kebudayaan mengabdikan diri untuk revolusi Indonesia. Hubungannya yang erat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) menyeret lembaga ini ke tengah pusaran konflik politik. Ketika PKI digdaya, yang bukan Lekra diganyang. Sebaliknya, ketika zaman berubah, khususnya pasca Geger 1965, yang Lekra ...
45.
Soft Cover, Agustus 2013
Stock tidak tersedia
Sesungguhnya dia punya pilihan gampang dan menyenangkan. Dengan gelar Meester in de Rechten dari Universitas Leiden, ia tak kurang suatu apa untuk menjadi kaya raya dan sejahtera. Namun, Yap Thiam Hien memilih jalan lain. Misalnya: Ketika kantor pengacara lain mengenakan tarif Rp40 juta per klien, biaya yang dikutip Yap hanya Rp5-10 juta. Tak jarang ia menggratiskan jasa kepengacaraannya. Pembelaannya memburu kebenaran, bukan sekadar kemenangan. Apalagi hanya merapat kepada siapa yang berani ...
46.
Seri Tempo: Wiji Thukul oleh Tim Tempo
Soft Cover, Juni 2013
Stock tidak tersedia
Lelaki cadel itu tak pernah bisa melafalkan huruf “r” dengan sempurna. Ia “cacat” wicara tapi dianggap berbahaya. Rambutnya lusuh. Pakaiannya kumal. Celananya seperti tak mengenal sabun dan setrika. Ia bukan burung merak yang mempesona. Namun, bila penyair ini membaca puisi di tengah buruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap sebagai agitator, penghasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propaganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan buruh dan ...
47.
Soft Cover, Juni 2013
Stock tidak tersedia
Kartini adalah kontradiksi: ia cerdas sekaligus lemah hati. Ia menyerap ide masyarakat Barat tapi tak takluk pada adat. Ia feminis yang dicurigai. Ia dianggap terkooptasi oleh ide-ide kolonial. Tapi satu yang tak bisa dilupakan: ia inspirasi bagi gerakan nasionalisme di Tanah Air. Kartini menyuarakan perubahan. Ia membawa Perjuangan perempuan pada fase yang baru, tidak Sekadar menuntut pengakuan tapi juga mengklaim Keberadaannya dalam kehidupan bangsa. Hidup Kartini begitu ...
48.
Seri Tempo: Soedirman oleh Tim Tempo
Soft Cover, Desember 2012
Stock tidak tersedia
"""Yang sakit itu Soedirman, tapi Panglima Besar tidak pernahsakit.” Pagi itu, 19 Desember 1948, Panglima Besar bangkit dan memutuskan memimpin pasukan keluar dari Yogyakarta, mengkonsolidasikan tentara,dan mempertahankan Republik dengan bergerilya. Panglima Besar sudah terikat sumpah: haram menyerah bagi tentara. Karena ikrar inilah Soedirman menolak bujukan Sukarno untuk berdiam di Yogyakarta. Dengan separuh paru-paru, ia memimpin gerilya. Selama delapan bulan, dengan ditandu, ia ...
49.
Seri Tempo: Douwes Dekker oleh Tim Tempo
Soft Cover, Desember 2012
Stock tidak tersedia
Di dalam tubuhnya mengalir darah Belanda, Prancis, Jerman, dan Jawa, tapi semangatnya lebih menggelora ketimbang penduduk bumiputra. Pemerintah kolonial Belanda menerakan cap berbahaya.   Ia, Ernest François Eugène Douwes Dekker, bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara, adalah "Tiga Serangkai", orang- orang pertama yang mendirikan partai politik di Indonesia: Indische Partij. Sebagai penggerak revolusi, gagasan Ernest melampaui ...
50.
Soft Cover, Juni 2012
Stock tidak tersedia
""" Rangkai peristiwa sepanjang 1965-1966, pembubaran Partai Komunis Indonesia, (PKI) dan pergantian presiden, melambungkan nama Sarwo Edhie Wibowo, sekaligus menjadi titik-balik perjalanan hidupnya. Sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Sarwo Edhie sangat berperan dalam penumpasan Partai Komunis Indonesia pascatragedi 30 September 1965. Ia juga yang menggerakkan pasukan khusus Angkatan Darat berkeliling Jawa dan Bali, berbulan-bulan menangkapi tokoh merah di daerah, ...
51.
Seri Tempo: Natsir oleh Tim Penulis Tempo
Soft Cover, Januari 2011
Stock tidak tersedia
Hidupnya tak terlalu berwarna. Apalagi penuh kejutan ala kisah Hollywood: perjuangan, petualangan, cinta, perse­ling­kuhan, gaya yang flamboyan, dan akhir yang di luar dugaan, klimaks. Ia menarik karena santun, bersih, konsisten, toleran, tapi teguh berpendirian. Satu teladan yang jarang. Mohammad Natsir orang yang puritan. Tapi kadang kala orang yang lurus bukan tak menarik. Hidupnya tak ber­warna-warni seperti cerita tonil, tapi keteladanan orang yang sang­gup menyatukan kata-kata dan ...
52.
Soft Cover
Stock tidak tersedia
53.
Seri Tempo: Daud Beureueh
Tokoh Islam di awal kemerdekaan
oleh Tim Penulis Tempo
Soft Cover
Stock tidak tersedia
Teungku Daud Beureueh, ulama tokoh masyarakat karismatik Aceh, mengangkat senjata melawan pemerintah pusat pada 1953. Lalu perang datang silih berganti di tanah rencong hingga pergantiaan abad. Sunggu Tronis. Teungku Daud adalah orang yang menyambut proklamasi kemerdekaan indonesia 1945 dengan sumpah setia. Ia mencintai Indonesia Merdeka: dihimpunnya dana masyarakat Aceh dan membiayai perjuangan militer dan diplomatik RI melawan tekanan Belanda, Bung Karno bahkan menganggap Aceh sebagai ...