"Sejak kecil tak pernah ada wanita dalam hidupku, Melia. Bahkan ibuku pun tidak kukenal. Ketika aku menemukanmu, aku tidak ingin ada perempuan lain dalam hidupku. Salahkah aku? Berdosakah mencintai seorang gadis seperti kamu di mata Tuhan-mu?" "Cinta tak pernah salah, Leo. Tetapi nafsu adalah dosa. Jangan kotori lagi cinta kita. Kalau kita harus berpisah, biarlah kita berpisah dengan membawa cinta yang semurni ketika pertama kali bersemi." *** Cinta Melia menghancurkan hidup Leo. Cinta Leo menghancurkan rumah tangga Melia. Mengapa? Kapan sebenarnya cinta pertama kali bersemi? Di mana?

Prolog: BEGITU keluar dari pintu ruang kedatangan Bandara Soekarno Hatta, Leo sudah melihat Indri. Tegak berdesakan bersama kerumunan para penjemput penumpang pesawat yang baru mendarat. Ketika melihat Leo, Indri langsung melambaikan tangannya sambil memanggil namanya. Heran, pikir Leo sambil mendorong troli yang penuh berisi koper, tas, kotak, kantong plastik, entah apa lagi. Dari mana dia tahu aku pulang hari ini? Di emailku yang terakhir aku tidak bilang apa-apa. Tetapi percuma pura-pura tidak melihat. Indri sudah menghambur ke depan. Bergegas menghampiri Leo yang sedang mendorong troli penuh barang. Entah apa saja yang dibawa Eva. Maklum, perempuan. Satu koper saja tidak cukup. Terpaksa Leo menolongnya. Hanya supaya jangan dikatakan pria Indonesia itu tidak tahu etiket. “Teman perempuanmu?” tanya Eva dalam bahasa Inggris. “Oh, adikku,” sahut Leo spontan. Tanpa dipikir lagi. Tentu saja. Di Sydney dia mengaku belum punya pacar. Itulah kebodohannya yang pertama.