Anglo...bara...kemenyan...bunga dan asap
Tembikar kemanusiaan dan mudah retak
Hangat bara hati penuh bela rasa
Semerbak kemenyan dan bunga ketulusan
Membumbung asap doa dalam kepasrahan....
Mungkin di situ lalu tak butuh cap
Tak lagi butuh merk
Dan paradoks-paradoks diterabas
Santri tapi juga bukan
Priyayi tapi juga bukan
Abangan tapi juga bukan
NU tapi juga bukan
Muhamadiyah tapi juga bukan
Pendek kat, dalam kotak tanpa terkotak
Dan batas-batas jadi tembus penjelajahan...
Dan itulah keajaiban Tembikar retak itu lantas malah kuat Karena tertopang rahmat
Lahir di Bantul, Yogyakarta 7 Agustus 1952. Mimpinya dulu adalah menjadi ahli agama; untuk itu ia ingin sekolah di PGA dan IAIN. Tapi nasib melemparkannya ke Sekolah Pekerjaan Sosial Atas, kemudian ke UI di Dep. Sosiologi. Sekarang ingin sekali masuk dunia pesantren.Intelektual muda keluaran Monash, Australia, ini amat tertarik pada kehidupan orang kevil. Itulah yang membuat dia pernah bekerja di Christian Children`s Fund tahun 1978-1979; dan sampai tahun 1993 bekerja pada Divisi Komunikasi Yayasan Indonesia Sejahtera, sebuah LSM di Jakarta.